MAKASSAR. Pemilihan kepala daerah di Kabupaten Soppeng akhir tahun ini tak hanya menjadi pertarungan kekuatan finansial. Tapi, pesta demokrasi lima tahunan ini akan menjadi pertarungan integritas, kualitas dan kompetensi figur, khususnya Lutfi Halide, Aris Muhammadiya dan Andi Kaswadi Razak.
Hal ini disampaikan pengamat politik Unhas, Adi Suriadi Sulla kepada wartawan di Makassar, Senin (18/5/2015). Dalam memilih pemimpin masyarakat tak hanya melihat jumlah finansial yang dimiliki calon bupati, tapi juga kualifikasi serta jaringannya.
“Jaringan calon pemimpin menentukan arah pembangunan daerah, bukan hanya jaringan pusat tapi juga hingga luar negeri. Jika pemimpin atau bupati hanya mengandalkan APBD dan APBN, maka pembangunannya akan sangat lambat. Sebab, kemampuan APBD dan APBN sangat terbatas,” terangnya.
Inilah yang sekarang menjadi permasalahan saat ini, kata Adi. Mengapa saat ini banyak elit parpol seakan melacurkan diri dengan mengusung dan mendukung calon kepala daerah dari artis yang popular? hal ini disebabkan karena sensualitasnya. “Tak heran jika banyak kader partai politik tak memiliki kualitas dan kualifikasi yang baik dalam memimpin daerah.
Jelas kelihatan, parpol tidak berniat mengkaji kapasitas calon dalam hal kepemimpinan publik. Artinya yang terjadi adalah Parpol mempertaruhkan kepentingan publik dengan iming-iming sensualitas. Sangat mudah terbaca misi ambisius parpol adalah hanya demi memenangkan Pilkada.
“Tak salah jika figur seperti Lutfi Halide hadir di pemilihan kepala daerah. Berbekal pengalaman yang cukup di pemerintahan, jaringannya juga cukup bagus,” terangnya.
Sementara itu, mahasiswa S3 UNM, Ir Abdul Haris SE MM mengatakan, siapapun itu berhak untuk dipilih dan memilih di pesta demokrasi Indonesia. Hal tersebut tanpa harus melihat latar belakangnya. “Artinya, suara seorang sopir angkot
sama dengan suara seorang dosen. Padahal, wawasan, pola pikir, harapan, dan pertimbangan si sopir angkot dan si dosen sangat berbeda jauh. Mungkin seorang dosen lebih bisa melihat jauh kedepan mengenai apa jadinya jika seseorang seperti Jupe memimpin sebuah kabupaten yang melahirkan Presiden RI,” terangnya.
Menurutnya, dari 70 persen suara pemilih di pertarungan pilkada daerah adalah massa non-educated yang tidak mengandalkan pertimbangan akal namun lebih mengedepankan alasan emosional. Jelas potensi menang bagi figur yang memiliki popularis sangat tinggi.
“Jika ada calon bupati Kabupaten Soppeng memiliki popularitas dan kualitas serta kompetensi yang baik, maka potensinya untuk menang cukup besar,” terangnya.
Syarat kualitas dari pengalaman, kata Haris menunjukkan potensi kapabilitas calon. Tentu saja bakal memunculkan lebih banyak kemanfaatan dimasa mendatang. (des)
Comment