JAKARTA. Penegakan hukum pemerintahan Jokowi-JK selama tujuh bulan dinilai belum ada yang menggembirakan. Malah penegakan hukum masih diwarnai dan diintervensi kepentingan politik, salah satunya kisruh KPK dan Polri. Hal ini disampaikan Ketua Dewan Pembina MMD Initiative, Mahfud MD dalam diskusi ‘Efektifkan Pemerintahan Jokowi’ yang digagas MMD Initiative di Jakarta, kemarin. Menurutnya, yang paling menonjol dari pemerintahan ini adalah konflik antarlembaga penegak hukum.
“Keseimbangan tidak ada. Legislatif lebih banyak menggunakan kekuatan politik. Hukum bisa diakali oleh proses-proses legislasi. Itu yang sampai sekarang terjadi,” kata bekas ketua Mahkamah Konstitusi ini.
Ditambahkannya, pemberantasan korupsi di era Jokowi-JK dicederai oleh kisruhnya dua lembaga penegak hukum yakni KPK dan Polri yang mengakibatkan lemahnya KPK. “KPK kenapa dicintai, karena KPK berani menyentuh kakap dan menyentuh institusi yang terkesan steril dari penegak hukum. Ketika KPK sedang terpuruk, waktunya Polri dan Kejaksaan maju,” ujarnya.
Diakuinya, kemajuan intitusi Polri dan Kejaksaan sudah mulai terlihat. Di antaranya, Kepolisian sudah mulai berani menggarap kasus korupsi cukup besar, seperti penggerebakan Kantor SKK Migas. Dulu hal tersebut cuma ditangani KPK. Kejaksaan juga mulai berani melakukan eksekusi-eksekusi tegas kepada bandar narkoba dan sejumlah pejabat besar telah disentuh.
Sedangkan soal sistem hukum, kata Mahfud, ada sedikit cacat yakni tentang dibolehkannya proses praperadilan yang mestinya tidak ada. Bahkan parahnya, dalam proses praperadilan tersebut, kewenangan Pengadilan Negeri justru berlebihan, seperti pengujian terhadap UU yang sebetulnya satu-satunya hak milik MK.
Keputusan MK terakhir juga bikin goncang dunia hukum yakni pembolehan PK lebih dari satu kali. “Ini menimbulkan kekacauan hukum. Ke depannya, kita harus memikirkan jalan keluar, apa mengubah atau bagaimana. Kita berharap politik dan hukum seimbang. Jangan politik di atas hukum. Dan paling penting strong leadhership dari Presiden,” terangnya.
Hal senada juga disampaikan pengamat politik LIPI Siti Zuhro. Menurutnya, tujuh bulan pemerintahan Jokowi-JK yang wajib disoroti adalah konflik antar institusi penegak hukum dengan durasi yang cukup lama. “Meski ujungnya reda, tapi peletakan batu pertama penegakan hukum dan korupsi gagal dengan kasus itu,” ujarnya.
Selain itu, situasi politik juga gaduh. Friksi di dalam partai sangat bertele-tele dan begitu lama. Konsolidasi politik di awal pemerintahan Jokowi-JK gagal. “Politik sangat gaduh dan kisruh. Nuansa intervensi dan Orde Baru sangat kental,” ujarnya,
Kisruh di tubuh partai politik terkait dengan momentum pilkada serentak pada Desember tahun ini. Siti mengingatkan seluruh stakeholder betul-betul memikirkan segala aspeknya. “Jangan sampai dilakukan ketika pesertanya masih gaduh sehingga jadi konflik serentak,” ingatnya. (int)
Comment