Surya Darma Thomas

Tantangan Menghadapi WartawanBERITA-SULSEL. Dalam bahasa Melayu, namanya bermakna cahaya yang menerangi. Dalam hidup yang hanya sekali ini, Surya Darma Thomas memutuskan untuk menjadi abdi negara yang menerangi kehidupan dengan hal positif yang dapat dipersembahkannya.Hidup sebagai seorang abdi negara merupakan pilihan paling krusial yang diambilnya di akhir tahun 80an. Tahun 1989 Surya, sapaan akrabnya mulai mengabdi sebagai seorang pegawai di Dinas Peternakan Provinsi Sulsel. Latar belakang pendidikan sarjana strata satu jurusan budidaya di Fakultas Pertanian Universitas 45 menghantarkannya ke dinas urusan livestock tersebut.Selama menjadi seorang pegawai di Dinas Peternakan, Surya tergolong pegawai yang disegani sekaligus menjadi pengayom. Dalam bekerja, ayah dari Pramesity Nikita ini mengedepankan kedisiplinan berbalut kekeluargaan, Selain itu sikap profesionalisme senantiasa dijaganya, khususnya dalam bekerja.Dengan sikap kedisiplinan dan profesionalismenya tersebut, Surya sempat dipercaya menangani proyek pengembangan usaha tani (Putkati). Tidak tanggung-tanggung, ia dipercaya selama 7 tahun dalam proyek andalan Pemprov Sulsel tersebut. "Proyeknya 1996 sampai 2003, saya diikutkan dan bisa memberi kontribusi,’’ jelasnya.Namun, kisah perjalanan pengabdian Surya berakhir di Dinas Peternakan berakhir 2004 lalu. Ketika itu ia memperoleh kepercayaan menjadi orang nomor satu di Sub Bagian Publikasi dan Informasi Sekretariat DPRD Sulsel.Latar belakang pendidikan masternya dengan konsentrasi jurusan Manajemen Sumberdaya Manusia di Universitas Muslim Indonesia mengantarkannya keposisi garda terdepan penyambung lidah DPRD Sulsel dengan masyarakat. “Kalau di Dinas Peternakan berhadapan dengan ternak, disini dengan sesama manusia,” jelasnya seraya tersenyum.Bertugas sebagai penyambung lidah antara masyarakat dan anggota dewan tentu tak mudah dijalani, sebagai orang nomor satu di Bagian Publikasi dan Informasi Sekretariat DPRD Sulsel. Surya mengaku menghadapi demonstran atau wartawan abal-abal menjadi dua hal yang paling menantang untuk ditangnainya. “Saya selalu ada cara untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada,” jelasnya.Wartawan Tanpa Surat KabarDalam dunia pemberitaan di Indonesia memasuki era baru. Jaman orde baru yang telah jatuh di tahun 1998 yang berganti ke era reformasi telah memunculkan kran keterbukaan publik yang semakin luas, dari lembaga ke Negara hingga ke masyarakat. Produk yang dihasilkan jaman reformasi saat ini diantaranya banyaknya berjamuran dari kota hingga ke pelosok desa.Salah satu yang paling santer terdengar adalah wartawan yang mengatas namakan masyarakat untuk menutupi kepentingan untuk melancarkan modus UUD ( Ujung-Ujung Duit), meski jauh akan kepentingan masyarakat, malah sering memeras kepentingan masyarakat dengan dalih control social untuk kepentingan bersama. Akhirnya masyarakat lagi yang dikorbankan oleh kepentingan segelintir oknum yang mengatas namakan Anggota LSM, Ormas maupun Wartawan tersebut.Entah apa yang salah dan siapa yang harus disalahkan terkait munculnya fenomena saat ini, namun bagi Surya, kebenaran akan selalu menang apalagi hanya menghadapi dapat menghadapi Anggota LSM, Ormas, Wartawan abal-abal. Menurutnya, suatu hal yang mudah menghadapi wartawan abal-abal, lantaran seorang wartawan maupun lembaga lainnya dalam kerja jurnalistik maupun control sosialnya tentu saja dilengkapi dengan identitas diri yang menunjukkan profesinya, termasuk surat kabar atau media yang menjadi bagian dari keberadaan wartawan tersebut ditengah masyarakat.Cukup menanyakan indentitas wartawan tersebut, alamat redaksi surat kabarnya dan kantor perwakilannya. Wartawan atau lembaga yang lainnya yang diberikan tugas oleh pimpinan redaksinya meliput atau melakukan kegiatan reportase di institusi atau lembaga publik, biasanya lazim dan beretika untuk melakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada pihak instansi/ lembaga tersebut atau kepada nara sumber yang relevan untuk dijadikan narasumber, baik sebagai key informan maupunTanpa konfirmasi, pihak instansi maupun lembaga yang hendak diminati keterangan oleh wartawan berhak menolak kehadiran wartawan tersebut. “Jadi gampangji itu kalau wartawan abal-abalji, apa lagi yang tidak punya surat kabar, tinggal minta diberikan saja dulu,” tukasnya. (ft)biodata :Nama : Ir. Surya Darma Thomas. MM Lahir Bantaeng : 22 September 1966 Isteri :Alwisyah S.Sos. MM Anak : Pramesity Nikita Surya Darma Jabatan : Kepala Sub Bagian Publikasi dan Informasi Sekretariat DPRD Sulsel.

Tantangan Menghadapi Wartawan

BERITA-SULSEL. Dalam bahasa Melayu, namanya bermakna cahaya yang menerangi. Dalam hidup yang hanya sekali ini, Surya Darma Thomas memutuskan untuk menjadi abdi negara yang menerangi kehidupan dengan hal positif yang dapat dipersembahkannya.


Hidup sebagai seorang abdi negara merupakan pilihan paling krusial yang diambilnya di akhir tahun 80an. Tahun 1989 Surya, sapaan akrabnya mulai mengabdi sebagai seorang pegawai di Dinas Peternakan Provinsi Sulsel. Latar belakang pendidikan sarjana strata satu jurusan budidaya di Fakultas Pertanian Universitas 45 menghantarkannya ke dinas urusan livestock tersebut.

Selama menjadi seorang pegawai di Dinas Peternakan, Surya tergolong pegawai yang disegani sekaligus menjadi pengayom. Dalam bekerja, ayah dari Pramesity Nikita ini mengedepankan kedisiplinan berbalut kekeluargaan, Selain itu sikap profesionalisme senantiasa dijaganya, khususnya dalam bekerja.

Dengan sikap kedisiplinan dan profesionalismenya tersebut, Surya sempat dipercaya menangani proyek pengembangan usaha tani (Putkati). Tidak tanggung-tanggung, ia dipercaya selama 7 tahun dalam proyek andalan Pemprov Sulsel tersebut. “Proyeknya 1996 sampai 2003, saya diikutkan dan bisa memberi kontribusi,’’ jelasnya.

Namun, kisah perjalanan pengabdian Surya berakhir di Dinas Peternakan berakhir 2004 lalu. Ketika itu ia memperoleh kepercayaan menjadi orang nomor satu di Sub Bagian Publikasi dan Informasi Sekretariat DPRD Sulsel.

Latar belakang pendidikan masternya dengan konsentrasi jurusan Manajemen Sumberdaya Manusia di Universitas Muslim Indonesia mengantarkannya keposisi garda terdepan penyambung lidah DPRD Sulsel dengan masyarakat. “Kalau di Dinas Peternakan berhadapan dengan ternak, disini dengan sesama manusia,” jelasnya seraya tersenyum.

Bertugas sebagai penyambung lidah antara masyarakat dan anggota dewan tentu tak mudah dijalani, sebagai orang nomor satu di Bagian Publikasi dan Informasi Sekretariat DPRD Sulsel. Surya mengaku menghadapi demonstran atau wartawan abal-abal menjadi dua hal yang paling menantang untuk ditangnainya. “Saya selalu ada cara untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada,” jelasnya.

Wartawan Tanpa Surat Kabar

Dalam dunia pemberitaan di Indonesia memasuki era baru. Jaman orde baru yang telah jatuh di tahun 1998 yang berganti ke era reformasi telah memunculkan kran keterbukaan publik yang semakin luas, dari lembaga ke Negara hingga ke masyarakat. Produk yang dihasilkan jaman reformasi saat ini diantaranya banyaknya berjamuran dari kota hingga ke pelosok desa.

Salah satu yang paling santer terdengar adalah wartawan yang mengatas namakan masyarakat untuk menutupi kepentingan untuk melancarkan modus UUD ( Ujung-Ujung Duit), meski jauh akan kepentingan masyarakat, malah sering memeras kepentingan masyarakat dengan dalih control social untuk kepentingan bersama. Akhirnya masyarakat lagi yang dikorbankan oleh kepentingan segelintir oknum yang mengatas namakan Anggota LSM, Ormas maupun Wartawan tersebut.

Entah apa yang salah dan siapa yang harus disalahkan terkait munculnya fenomena saat ini, namun bagi Surya, kebenaran akan selalu menang apalagi hanya menghadapi dapat menghadapi Anggota LSM, Ormas, Wartawan abal-abal. Menurutnya, suatu hal yang mudah menghadapi wartawan abal-abal, lantaran seorang wartawan maupun lembaga lainnya dalam kerja jurnalistik maupun control sosialnya tentu saja dilengkapi dengan identitas diri yang menunjukkan profesinya, termasuk surat kabar atau media yang menjadi bagian dari keberadaan wartawan tersebut ditengah masyarakat.

Cukup menanyakan indentitas wartawan tersebut, alamat redaksi surat kabarnya dan kantor perwakilannya. Wartawan atau lembaga yang lainnya yang diberikan tugas oleh pimpinan redaksinya meliput atau melakukan kegiatan reportase di institusi atau lembaga publik, biasanya lazim dan beretika untuk melakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada pihak instansi/ lembaga tersebut atau kepada nara sumber yang relevan untuk dijadikan narasumber, baik sebagai key informan maupun

Tanpa konfirmasi, pihak instansi maupun lembaga yang hendak diminati keterangan oleh wartawan berhak menolak kehadiran wartawan tersebut. “Jadi gampangji itu kalau wartawan abal-abalji, apa lagi yang tidak punya surat kabar, tinggal minta diberikan saja dulu,” tukasnya. (ft)

biodata :

Nama : Ir. Surya Darma Thomas. MM
Lahir Bantaeng : 22 September 1966
Isteri :Alwisyah S.Sos. MM
Anak : Pramesity Nikita Surya Darma
Jabatan : Kepala Sub Bagian Publikasi dan Informasi Sekretariat DPRD Sulsel.

Comment