JAKARTA – Budaya instan benar-benar sudah merasuk dalam sendi kehidupan. Bahkan demi naik pangkat, banyak orang yang memilih jalan pintas dengan menggunakan ijazah palsu.
“Mekanisme kenaikan pangkat dilatari ijazah bukan keterampilan, bukan knowledge, bukan kompetensinya yang dicari tapi lembar ijazah,” ujar Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Edy S. Hamid Kamis (4/6/2015).
Menurut Edy, fenomena ijazah palsu bukan kali ini saja muncul. Sayangnya, masalah itu tak cepat ditindaklanjuti sehingga praktik pemberian ijazah palsu itu terus terjadi. Edy menilai budaya masyarakat saat ini sudah mengedapankan budaya simbolik daripada substantif. Akibatnya, yang dikejar masyarakat hanya gelar bukan kompetensi dari suatu proses pendidikan.
Dia pun berpesan agar semua stakeholder nasional mencermati berbagai hal terkait praktik ijazah palsu termasuk yayasan atau lembaga pendidikannya.
Sebelumnya, Edy mengecam praktik tersebut. Bahkan, dia bilang praktik tersebut sangat menjijikan.”Ijazah palsu ini menurut kami itu tidak pantas, kalau itu terjadi di Perguruan Tinggi kami tak akan membela anggota kami, karena itu praktik ini menjijikan,” ucap Edy.
Kegusaran Edy itu muncul, karena hal itu akan berdampak buruk kepada lulusan perguruan tinggi saat mencoba masuk dalam dunia kerja. (int)
Comment