Pilkada Bukan untuk Memilih “Kambing”

Kenali calon bupatimu sebelum memilihnya menjadi pemimpin. ist
Kenali calon bupatimu sebelum memilihnya menjadi pemimpin. (Ilustrasi). ist

MAKASSAR, berita-sulsel.com – Kambing, tampaknya binatang yang penting dalam peribahasa kita. Hal itu menunjuk, bagaimana binatang ini akrab dan dekat dengan perikehidupan manusia, khususnya manusia. Bahkan dalam interaksi sosial, dalam jual-beli atau bertukar barang, jangan seperti membeli kambing di pasar.

Artinya, jangan membeli sesuatu dengan tidak melihat barangnya terlebih dulu (nasehat yang dalam bisnis on-line agak merepotkan). Bahkan, untuk menggambarkan hendaknya manusia selalu memegang janji yang telah diucapkan, dikatakan ‘kerbau atau kambing dipegang talinya’.


Penjabarannya, jika kerbau dipegang talinya, manusia dipegang janjinya. Demikian pula munculnya peribahasa ‘menghambat kerbau berlabuh’, untuk menggambarkan bagaimana cara kita menegakkan sesuatu yang akan mendatangkan keuntungan atau kesenangan orang lain.

Dari semua penjabaran tersebut, sangat erat kaitannya dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah di Sulsel, termasuk di Kabupaten Gowa dan Soppeng. Sebab, beberapa figur yang akan kembali bertarung menjadi orang nomor satu di dua daerah tersebut pernah memberikan janji politiknya kepada masyarakat, tapi belum mampu merealisasikannya.

Hal in disampaikan penggiat politik Sulsel, Muh Ilham kepada wartawan di Makassar, Selasa, (9/6/2015). Mahasiswa S3 Unhas ini mengatakan, perhelatan Pilkada Gowa akan berjalan sangat dinamis. Bahkan, beberapa figur yang terpilih di Pileg 2014 lalu kembali ingin menjadi bupati.

“Ini artinya, mereka pernah memberikan janji politik kepada masyarakat, namun janji itu belum sempat direalisasikannya, mereka kembali memberikan mengumbar janji di Pilkada. Untuk itu, masyarakat harus cerdas dan jeli melihat figur mana yang bisa bekerja dan mana cuma mengumbar janji,” ujarnya.

Hal sedana juga terjadi di Kabupaten Soppeng. Lihat saja beberapa politisi yang bertarung mendapatkan amanah masyarakat sebagai pemilih di Pileg 2014 lalu. Sebut saja kader Partai Golkar, mereka menjual slogan partai tapi hal tersebut hanya untuk mendapatkan dukungan dan simpati.

Setelah terpilih, kata Ilham, janji belum bisa direalisasikan. Namun, mereka akan kembali memberikan janji. “Saya cuma ingin mengajak masyarakat sebagai pemilih untuk cerdas dan bijak memilih figur yang layak. Bukan mereka yang memberikan banyak janji,” ujarnya.

Jika salah memilih orang, jelas Ilham, maka salah masyarakat akan salah milih pemimpin, salah milih bupati. “Lihat saja di Pilpres kemarin, banyak masyarakat mengeluh salah memilih. Jadi, sebelum memilih kerbau atau kambing sebagai bupati dan wakil bupati, sebaiknya kenali dulu ternak mana yang akan dibeli,” paparnya.

Sebelumnya, pengamat politik Universitas Bosowa 45 Makassar, Arief Wicaksono mengatakan, pelaksanaan pemilihan hanya dilakukan dalam bilik dengan durasi waktu paling lama lima menit. Tapi, jika masyarakat salah memilih pemimpin, mereka akan menanggung beban itu selama lima tahun.

“Untuk itu, sebelum memilih pemimpin, lihat dulu track recordnya. Termasuk pendidikan dan moralnya, apakah menggunakan ijazah palsu atau membeli ijazah atau tidak, jika ada calon bupati membeli ijazah, sebaiknya jangan dipilih,” ujarnya. (des)

Comment