WAJO, berita-sulsel.com – Sudah sepekan pasca jebolnya tanggul kanan Sungai Bila di Tokadde Kelurahan Malakke dan di Beton Kelurahan Belawa di Kecamatan Belawa, Kabupaten Wajo. Korban banjir mulai berbenah meskipun belum mendapatkan bantuan dari Pemerintah Daerah (Pemda) Wajo hingga Jum`at 12 Juni 2015.
Warga di Tokadde Kelurahan Malakke secara bergotong royong membantu korban mengumpulkan sisa-sisa terjangan air saat tanggul jebol, Kamis 4 Juni 2015 lalu. Mereka mengumpulkan tiang rumah, papan, balok kayu yang masih bisa digunakan kembali.
Sementara itu, rumah yang tersisah berada tepat didepan tanggul jebol terpaksa dipindahkan pemiliknya. Melihat curah hujan yang terus-menerus mengguyur Kabupaten Wajo, memungkinkan debit air bertambah dan dapat memicu air sungai meluap kembali. Kondisi seperti ini terus membuat warga Tokadde siaga setiap saat.
“Pemilik rumah memilih membongkar rumahnya, takut banjir datang lagi dan tidak ada bisa diselamatkan, apalagi tidak ada lagi penahan air dari sungai, mau selamat ya harus pindah ke tempat lebih aman,” tutur warga tokadde, Ahmad (40), Jumat (12/6/2015).
Demikian juga dengan warga yang rumahnya hanyut, mereka memilih mendirikan rumah ditempat yang dianggapnya lebih aman meskipun hanya menumpang dilahan warga. Peristiwa tujuh hari yang lalu membuat mereka takut dan trauma menempati tempat semula.
Ironisnya hingga dihari ketujuh pasca banjir para korban belum juga mendapatkan bantuan dari Pemda. Informasi yang berhasil dihimpun lima rumah warga yang kondisinya hancur berserakan sangat membutuhkan bantuan dana.
“Sekarang kami mencoba mengambil yang bisa diselamatkan. Kami tetap berharap ada bantuan dari pemerintah. Rumah saya itu kondisinya baru 3 bulan didirikan, sekarang semuanya rusak. Saya bersama keluarga menumpang di rumah keluarga dulu,” tutur Imran, yang juga korban banjir di Kabupaten Wajo.
Warga Tokadde menaruh harapan besar kepada pemerintah untuk mendapatkan bantuan berupa sembako, dana perbaikan rumah warga yang rusak hingga perbaikan tanggul sepanjang 90 meter.
“Selama tak ada perbaikan tanggul, sehingga air terus mengalir keluar menuju persawahan dan perkebunan warga. Selama itu juga tidak ada aktifitas untuk bertani dan berkebun. Apalagi kondisi sawah dan kebun warga dipenuhi lumpur dan pasir,”katanya.(fth/wt).
Comment