Ekspor Rumput Laut Sulsel Melambat

[caption id="attachment_2094" align="alignleft" width="424"]Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI)  bertemu Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, di Ruang Kerja Gubernur, Rabu (24/6/2015) Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) bertemu Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, di Ruang Kerja Gubernur, Rabu (24/6/2015)[/caption]MAKASSAR, berita-sulsel.com - Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) memprediksi, ekspor rumput laut tahun ini akan melambat. Beberapa kebijakan pemerintah pusat yang tidak dibicarakan dengan pemerintah daerah sebelumnya, disebut-sebut sebagai pemicu.Ketua ARLI, Safari Aziz, mengatakan, pada Januari lalu sempat berhembus wacana pengenaan bea ekspor rumput laut. Akibatnya, eksportir menghentikan sementara, dan negara-negara penerima ekspor mengalihkan pengembangan rumput lautnya ke negara lain."Tahun ini, ekspor agak melambat. Tapi, kami akan berusaha minimal sama dengan tahun lalu," kata Safari, usai bertemu Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, di Ruang Kerja Gubernur, Rabu (24/6/2015).Safari mengungkapkan, pada tahun 2014, ekspor rumput laut mencapai 124 ribu ton lebih dengan nilai 146 juta USD. Ekspor tersebut merupakan yang terbesar di Indonesia."Kami sebenarnya berharap ekspor tahun ini bisa naik 10 persen. Tapi karena ada penyesuaian-penyesuaian, maka agak melambat," ujarnya.Terkait kesiapan ekspor tiga kali lipat tahun ini, sebagaimana yang dicanangkan Pemprov Sulsel, ARLI mengaku siap dan tidak ada masalah. Namun, pihaknya masih sementara menginventarisir, berapa yang akan‎ diekspor."Kami berharap, kalau pemerintah pusat mau buat kebijakan, dibicarakan dulu dengan pemerintah di daerah. Sekarang ini, kendala kita itu, kurangnya koordinasi. Selain itu juga masalah logistik, dimana ongkos angkut domestik lebih mahal dari ekspor," harapnya.Dalam pertemuan itu, Safari juga mengungkapkan keinginannya membangun pusat penelitian dan pengembangan rumput laut. "Saat ini, lokasinya sementara dicari, tapi kita upayakan di Sulsel," terangnya.Sementara, Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan,‎ rumput laut menjadi prioritas di Sulsel. Terkait kebijakan pemerintah pusat, Syahrul berjanji akan menerobos jika memang ada hal-hal yang logis dan memang dibutuhkan."Persoalan pembangunan research center, ayo kita buat sama-sama. ARLI bicarakan konsepsinya dengan dinas terkait, kita bangun di Sulsel," kata Syahrul.Menurutnya, rencana ekspor besar-besaran akan dilakukan pada tanggal 3 Agustus mendatang. Ekspor akan dilepas oleh Presiden RI Joko Widodo."Tanggal 3 Agustus itu ada waktu yang kita patok, tapi bisa saja bergeser tergantung kesiapan presiden. Kita tarik perhatian pemerintah pusat, kalau ekspor kita bisa jalan, apalagi jika didukung kebijakan dari pusat," tegasnya. (ris)

Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI)  bertemu Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, di Ruang Kerja Gubernur, Rabu (24/6/2015)
Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) bertemu Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, di Ruang Kerja Gubernur, Rabu (24/6/2015)

MAKASSAR, berita-sulsel.com – Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) memprediksi, ekspor rumput laut tahun ini akan melambat. Beberapa kebijakan pemerintah pusat yang tidak dibicarakan dengan pemerintah daerah sebelumnya, disebut-sebut sebagai pemicu.

Ketua ARLI, Safari Aziz, mengatakan, pada Januari lalu sempat berhembus wacana pengenaan bea ekspor rumput laut. Akibatnya, eksportir menghentikan sementara, dan negara-negara penerima ekspor mengalihkan pengembangan rumput lautnya ke negara lain.


“Tahun ini, ekspor agak melambat. Tapi, kami akan berusaha minimal sama dengan tahun lalu,” kata Safari, usai bertemu Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, di Ruang Kerja Gubernur, Rabu (24/6/2015).

Safari mengungkapkan, pada tahun 2014, ekspor rumput laut mencapai 124 ribu ton lebih dengan nilai 146 juta USD. Ekspor tersebut merupakan yang terbesar di Indonesia.

“Kami sebenarnya berharap ekspor tahun ini bisa naik 10 persen. Tapi karena ada penyesuaian-penyesuaian, maka agak melambat,” ujarnya.

Terkait kesiapan ekspor tiga kali lipat tahun ini, sebagaimana yang dicanangkan Pemprov Sulsel, ARLI mengaku siap dan tidak ada masalah. Namun, pihaknya masih sementara menginventarisir, berapa yang akan‎ diekspor.

“Kami berharap, kalau pemerintah pusat mau buat kebijakan, dibicarakan dulu dengan pemerintah di daerah. Sekarang ini, kendala kita itu, kurangnya koordinasi. Selain itu juga masalah logistik, dimana ongkos angkut domestik lebih mahal dari ekspor,” harapnya.

Dalam pertemuan itu, Safari juga mengungkapkan keinginannya membangun pusat penelitian dan pengembangan rumput laut. “Saat ini, lokasinya sementara dicari, tapi kita upayakan di Sulsel,” terangnya.

Sementara, Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan,‎ rumput laut menjadi prioritas di Sulsel. Terkait kebijakan pemerintah pusat, Syahrul berjanji akan menerobos jika memang ada hal-hal yang logis dan memang dibutuhkan.

“Persoalan pembangunan research center, ayo kita buat sama-sama. ARLI bicarakan konsepsinya dengan dinas terkait, kita bangun di Sulsel,” kata Syahrul.

Menurutnya, rencana ekspor besar-besaran akan dilakukan pada tanggal 3 Agustus mendatang. Ekspor akan dilepas oleh Presiden RI Joko Widodo.

“Tanggal 3 Agustus itu ada waktu yang kita patok, tapi bisa saja bergeser tergantung kesiapan presiden. Kita tarik perhatian pemerintah pusat, kalau ekspor kita bisa jalan, apalagi jika didukung kebijakan dari pusat,” tegasnya. (ris)

Comment