berita-sulsel.com – Dari data jumlah korban meninggal akibat kecelakaan di jalanan di Indonesia tahun 2013 lalu mencapai 30 ribu jiwa. Jumlah tersebut sangat besar terjadi jelang mudik lebaran maupun arus balik. Dari jumlah tersebut, pengguna kendaraan roda dua yang paling banyak, 95 persen yang meninggal adalah kepala keluarga.
Hal ini disampaikan ketua forum masyarakat peduli keselamatan jalan raya yang juga aktivis penanggulangan bencana Sulsel, Munsil dalam diskusi bulan Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) Sulsel dan BaKTI dengan tema “Fenomena Mudik dan Peran Media” di Gedung BaKTI, Jalan AP Mappayukki, Selasa (30/06/2015).
Menurutnya, pemberitaan media selama ini hanya fokus pada kerugian materil, mereka tak fokus pada in materil atau efek dari kecelakaan tersebut. Sebab, jiwa manusia tak bisa dinilai dengan apa pun.
“Kita ketahui bersama, penomena mudik adalah pergerakan orang yang berpindah tempat dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam proses perpindahannya diatur dalam UU, dimana negara harus memberikan jaminan keselamatan orang yang berpindah tempat. Sebab, peningkatan korban kecelakaan yang mudik selelu bertambah setiap tahun,” ujarnya.
Kata dia, yang masuk kategori korban kecelakaan lalu lintas, termasuk yang meninggal hanya 2 x 24 jam. Selain itu masuk kategori korban luka berat dan ringan. Padahal, jumlah korban yang meninggal dirumah sakit dan dalam perawatan jumlahnya mencapai tiga kali lipat.
Untuk itu, jelas Munsil, guna menekan dan mencegah adanya korban jiwa di jalanan, dibutuhkan keseriusan pemangku kebijakan dalam proses mudik dengan adanya pos, baik dari kepolisian maupun pemerintah. Tapi juga adanya pos penyediaan kesehatan di jalanan. “Tak hanya itu, pembenahan fasilitas jalanan dan pengawalan tertip lalu lintas sangat dibutuhkan, tapi itu tak berjalan seperti yang diharapkan,” paparnya.
Sementara itu, ketua Komisi Informasi Publik (KIP) Sulsel, Aswar Hasan mengatakan, jika melihat fenomena mudik dari kacamata komunikasi, khususnya dari segi pemberitaan di media, semuanya masih bersifat sentralisasi di pulau jawa. Padalah, masyarakat di luar pulau jawa, termasuk di Sulsel tak begitu membutuhkan informasi tersebut.
“Saya secara pribadi sangat membutuhkan informasi yang ada disekitar saya. Tak ada kaitannya informasi mudik di jawa bagi saya dengan kebutuhan informasi transportasi di Sulsel,” ujarnya. (ft)
Comment