Pasek Muluskan Agenda Feodal SBY

Kerugian Negara Belum Jelas di Kasus IAS

Kerugian Negara Belum Jelas di Kasus IAS

Kerugian Negara Belum Jelas di Kasus IAS
Gede Pasek Suardika

JAKARTA, berita-sulsel.com – Gede Pasek Suardika akhirnya hengkang dari Partai Demokrat (PD). Mantan Ketua Komisi III DPR yang kini menjadi senator itu menganggap kondisi internal di partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu sudah semakin feodal.

“Saya memang sudah resmi berhenti sebagai kader Demokrat dengan motivasi ingin melanjutkan pelajaran politik dari Pak Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu politik bersih, cerdas dan santun. Ilmu politik itu sederhana tapi powerful. Sayangnya untuk memperdalam praktik ajaran politik itu justru PD tidak kondusif lagi,” katanya di Jakarta Senin (6/7).


Pasek menyampaikan hal itu menjawab pertanyaan wartawan terkait tidak masuknya nama Marzuki Alie dalam kepengurusan DPP PD periode 2015-2020. Menurut Pasek, kepengurusan baru PD periode 2015-2020 hasil kongres di Surabaya ternyata memang tak mengakomodir orang-orang yang berjasa. Salah satu contohnya adalah Marzuki.

Pasek mengatakan, Marzuki justru kelihatan sebagai sosok peragu. Sebab, katanya, mantan sekretaris jenderal Partai Demokrat itu mau dengan jabatan tapi enggan berkompetisi.

“Saat kongres Surabaya, saya sudah menunggu untuk berkoalisi, malah lempar handuk putih. Kalau saya jadi Marzuki Alie, ya berani ambil Sikap tegas,” tegasnya.

Namun, Pasek menegaskan bahwa tak masuk dalam kepengurusan PD bukanlah akhir dari segalanya. “ “Memangnya kiamat berpolitik hanya karena tidak jadi pengurus?” tanya Pasek.

Anggota DPD asal Provinsi Bali itu menegaskan, SBY justru semakin feodal. Pasek pun tak mau menjadi duri dalam daging bagi kepemimpinan SBY sehingga memilih hengkang dari PD. ”Biar beliau lancar menjalankan programnya untuk memuluskan konsep demokasi dinasti feodalistik yang modern,” ujarnya.

Meski demikian Pasek mengingatkan agar publik tidak terkecoh dengan tampilan SBY yang terkesan sebagai demokrat sejati. Meski posisi sekretaris jenderal PD tak lagi dipegang Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, namun posisi-posisi penting partai pemenang Pemilu Legislatif 2009 itu ditempati olth orang-orang dekat SBY.

Misalnya, ketua DPP PD bidang Organisasi, Keanggotaan dan Kadersisasi (OKK) ditempati adik ipar SBY, Pramono Edhie Wibowo. Pasek menyebut penunjukan Pramono itu juga untuk kemenangan calon-calon pilihan SBY di musyawarah cabang ataupun musyawarah daerah. “Dengan posisi seperti itu, makin absolut kekuasaan SBY,” jelasnya. Sedangkan Ibas dipercaya memimpin memegang Komisi Pemenangan Pemilu Demokrat.

“Di sini, juga strategi menempatkan calon kepala daerah sudah diatur. Jadi kalau dulu masih sangat jelas permainan dinastinya, sekarang lebih halus tapi tetap terbaca,” imbuhnya. Karenanya Pasek pun maklum bahwa kini PD memang sudah diakuisisi sepenuhnya oleh SBY dan keluarganya. “Yang tidak setuju, ya keluar atau parkir dulu menunggu kesempatan berikutnya,” pungkasnya.(jpnn)

Comment