
MAROS, berita-sulsel.com – Akibat kekeringan yang melanda dihampir semua kecamatan yang ada di Maros, ratusan hingga ribuan hektar sawah terancam gagal panen. Bahkan diantaranya dipastikan sudah ada yang gagal panen (Fuso). Namun ironis, Pemerintah Daerah (Pemda) Maros seolah tidak peduli dengan kondisi masyarakatnya.
Saat dihubungi, Kepala Bidang Padi dan Palawija Dinas Pertanian Maros, H Zainuddin membantah adanya sawah yang fuso di Maros. Menurutnya, akibat kekeringan yang melanda sejumlah wilayah ini, membuat ribuan hektar sawah baru terancam gagal panen. “Tidak ada yang fuso, kalau terancam iya,” katanya, Rabu (05/08).
Meski membantah, fakta dilapangan ternyata berbeda. Seperti halnya di Desa Majannang, Kecamatan Maros Baru, ratusan hektar sawah sudah tidak dapat dipanen sama sekali (Fuso). Sementara di desa Mattirotasi, sejumlah petani harus memanen paksa padinya akibat kekeringan, walaupun harus merugi lantaran kuantitas gabahnya menurun drastis.
Salah seorang warga di Desa Majannang, Ridwan mengaku, tidak bisa memanen lagi padi miliknya seluas kurang lebih tiga ribu meter persegi. Meski harus menanggung kerugian hingga jutaan rupiah, namun ia tidak berharap banyak dengan bantuan pemerintah.
“Tahun lalu disini masih bisa dipanen, tapi untuk tahun ini sudah tidak bisa lagi, karena air asin dari tambak menguap kesawah-sawah. Air dari pengairan juga tidak pernah datang kesini sejak satu bulan lalu,” ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua komisi tiga DPRD Maros, Akbar Endra meminta Pemda Maros melalui Dinas Pertanian untuk turun melakukan pendataan sawah petani yang mengalami gagal panen. Menurutnya, hal tersebut semestinya bisa diantisipasi untuk mengurangi dampak kerugian yang dialami petani.
“Kami dari DPRD Maros, akan mendampingi Pemda yang akan turun melakukan pendataan. Kami memang sudah menerima aspirasi beberapa patani tentang ancaman yang terjadi akibat kekeringan ini,” paparnya.
Terkait pengairan irigasi, Kepala Bidang PU Pengairan, Agus Aman Sentosa mengatakan, sedang mengupayakan distribusi air kebeberapa saluran irigasi agar bisa sampai kewilayah yang sudah terancam gagal panen. Ia mengaku, debit air di bendungan bantimurung yang normalnya 1200 liter perdetik, saat ini hanya 800 liter perdetik.
“Kami sedang berupaya agar bisa sampai kesana. Soal penjadwalan, kami sudah membicarakan ulang kepada beberapa ketua Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A),” paparnya. (*)
Comment