Dituding Menjual Bakso Daging Tikus, Pedagang ini Merugi

Dituding Menjual Bakso Daging Tikus, Pedagang ini Merugi

Dituding Menjual Bakso Daging Tikus, Pedagang ini Merugi

Dituding Menjual Bakso Daging Tikus, Pedagang ini Merugi
Dituding Menjual Bakso Daging Tikus, Pedagang ini Merugi

berita-sulsel.com – Pemilik warung bakso Muncul 21 Sugianto, yang terletak di Perumahan Nasional (Perumnas) Tumalia, Kelurahan Adatongeng, Kecamatan Turikale Maros, mengaku merugi hingga puluhan juta rupiah akibat dituding membuat bakso berbahan daging tikus oleh orang yang tidak diketahui.

“Saya dengar issu ini sejak awal Ramadhan lalu. Saya heran juga dari mana tudingan itu berasal dan tiba-tiba muncul begitu saja. Sejak itu pula, pelanggan saya juga menurun drastis,” ucapnya saat ditemui, Minggu (9/8/2015).


Sugianto (58) menuturkan, awalnya ia mendengar tudingan tersebut dari tetangganya yang sengaja datang menyampaikan issu yang berkembang disekitarnya. Namun, issu itu ia tanggapi tidak serius lantaran menurutnya, tudingan itu tidak beralasan.

Tak hanya sekali itu saja ia disampaikan, beberapa orang pelanggannya yang sudah lama mengenalnya pun datang membicangkan persoalan tudingan tersebut. Sugianto pun mulai merasakan ada perubahan jumlah pelanggannya sejak ia pertama kali mendengar issu miring menerpa dirinya.

“Kalau dibilang bakso tikus, dimana saya ambil daging tikus sampai 15 kilo gram satu harinya. Kalau dibilang daging babi, itu juga tidak masuk akal, karena harga daging babi jauh lebih mahal dari daging sapi, itupun tidak ada dijual di Maros,” bantahnya.

Saat ia kembali dari kampungnya di Wonogiri, Jawa Tengah, pasca lebaran lalu, Sugianto pun tercengan dengan omzet yang biasanya mencapai lima juta rupiah kini sisa dua juta saja perharinya. Dimana dengan omzet seperti itu, ia mengaku sudah tidak mampu menggaji empat orang karyawannya seperti biasanya. “Yang namanya usaha, memang beginilah. Ada namanya naik ada juga turun,” ucapnya pasrah.

Warung bakso yang ia sudah buka sejak tiga tahun lalu, bukanlah hal yang instan. Sejak tahun 1992 silam, ia mencoba memberanikan diri menjual bakso dengan gerobak. Ia mulai di kota Makassar, lalu berpindah ke Mamuju, Sulbar. Namun tidak berkembang, ia pun akhirnya berpindah ke Maros, dan menetap ditempatnya yang sekarang meskipun masih ia kontrak.

Ia besyukur, meski issu tersebut santer terdengar, pelanggan-pelanggan setianya masih tetap datang dan mengatakan tidak percaya.”Pelanggan saya disini rata-rata dokter dan perawat dari rumah sakit, mereka masih tetap datang kesini meski ada issu-issu itu,” sebutnya.

Salah seorang pelanggan yang ditemui saat makan di warung tersebut, Nova mengaku, pernah mendengar issu itu. Tapi ia tidak percaya lataran menurutnya itu tidak masuk akal. “Ah itu hanya issu yang tidak perlu ditanggapi, saya rasa ada orang tertentu yang mungkin mau melihat pemilik warung ini jatuh bangkrut,” ungkapnya.

Issu bakso daging tikus di Maros ini, bukan kali ini saja terdengar. Namun, sejak satu tahun ini, marak beredar dikalangan masyarakat dan membuat banyak pedagang bakso harus gulung tikar. Pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) dan Dinas Kesehatan pun diharapkan untuk turun tangan mengantisipasi persoalan tersebut, guna menghindari persoalan sosial yang lebih laus. (ft)

Comment