
berita-sulsel.com – Fakta ketidak berpihakan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Maros terhadap petani, kembali diperlihatkan. Pasalnya, dari ribuan hektar sawah baik yang sudah fuso maupun masih terancam fuso, oleh Pemerintah dan juga DPRD Maros seolah saling tutup mata dan saling lempar tanggung jawab.
Hal itu dikatakan Koordinator Pemuda Tani (Peta) Maros, Andis Amir saat dihubungi, Minggu (9/8/2015). Menurutnya, baik ekeskutif maupun legislatif saat ini terlalu sibuk mengurus urusan politik jelang Pilkada, sehingga melupakan ribuan nasib petani di Maros yang semakin hari terpuruk dengan berbagai macam ancaman baik oleh alam maupun sistem.
“Kami sedih melihat kondisi sekarang, mereka seolah tuli dan terlalu sibuk dengan urusan Pilkada. Ada yang sibuk merebut kekuasaan, adapula yang sibuk mempertahankan kekuasaanya dan melupakan nasib petani yang semakin terpuruk dengan ancaman alam dan sistem yang telah dibuat mereka yang tidak memperdulikan petani,” ungkap Andis.
Menurut Andis, setiap tahunnya, petani terancam gagal panen akibat kekeringan. Namun, tiap tahun pula pemerintah berdalih hal tersebut adalah faktor alam. Padahal, kata Andis, ancaman akibat faktor alam dapat diantisipasi. Namun, upaya itu tidak pernah diperlihatkan oleh pemerintah, malah seolah sengaja membiarkan patani semakin melarat.
Kebutuhan air untuk pertania di Maros saat musim kemarau, menurut Andis bisa terpenuhi. Seperti halnya di bendungan Bantimurung, jika debit air disana tidak ‘dibajak’ oleh perusahaan untuk kebutuhan industri baik oleh PT. Semen Bosowa ataupun Pabrik Teh Gelas. Ia yakin kebutuhan air untuk petani dibeberapa kecamatan bisa terpenuhi.
“Mereka (perusahaan) tidak bisa kita salahkan. Tapi, yang perlu dipertanyakan itu adalah komitmen pemerintah yang memberikan legitimiasi atas ‘pembajakan’ air tersebut yang membuat petani meradang,” paparnya.
Belum lagi di bendungan Lekopancing, lanjut Andis, ribuan kubik air perharinya hanya dinikmati oleh warga Makassar melalui perusahaan Air Minum Daerah (PDAM). Sementara, petani disektiranya hanya rela melihat air yang mengalir melalui pipa besar disebelah sawah mereka yang kekeringan, namun mereka tidak bisa mengambilnya walau hanya setetes.
“Ini ironis lagi, mereka hanya bisa melihat ribuan air bersih mengalir didepan rumah-rumah mereka, namun tidak bisa diambil walau hanya setetes,” lanjutnya.
Menanggapi pernyataan Kepala Bidang Padi dan Palawija Dinas Pertanian Maros, H Zainuddin yang membantah adanya sawah yang fuso di Maros dan berkilah kekeringan tersebut murni disebabkan oleh faktor alam. Menurut Andis, hal itu menunjukkan sikap pemerintah yang hanya menunggu datangnya musibah namun enggan berbuat untuk mencegah datangnya bencana.
“Pernyataan ini jelas melukai hati petani. Dengan pernyataan itu, mereka seolah menunjukkan sikap kalau sudah fuso mereka akan datang membantu. Mereka sama sekali tidak pernah berfikir bagaiman cara mengatasinya,” ketusnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang Padi dan Palawija Dinas Pertanian Maros, H Zainuddin membantah adanya sawah yang fuso di Maros dan menganggap kekeringan yang melanda hampir seluruh wilayah di Maros adalah faktor alam. Hal juga dikatakan oleh pihak DPRD Malalui ketua komisi tiga, Akbar Endra yang hanya meminta kepada Pemerintah untuk turun melakukan pendataan dan memberikan bantuan. (ft)
Comment