BERITA-SULSEL.COM – Kalau orang jualan, pasti ada dong yang beli. Nah salah satu user Amel itu berciri putih, tinggi, blasteran, domisili di salah satu ibukota Provinsi Jawa dan orangnya terkenal.
Awal Mei lalu, Amel Alvi (AA) digerebek polisi sebelum berhubungan intim dengan pelanggan misterius di sebuah hotel di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Sang mucikari, Robbie Abbas (RA) kini sudah menjadi terdakwa. Adapun Amel, 1 Oktober lalu telah menjadi saksi perkara prostitusi online itu di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Pengacara Amel, Minola Sebayang sempat menyayangkan polisi yang tidak memeriksa pelanggan Amel. Padahal jelas, artis dan DJ itu ditangkap sebelum melayani Mr X.
“Mestinya ada sosok laki-laki dan disertakan sebagai saksi. Pertanyaan saya, mana lelakinya? Kalau ditangkap, polisinya juga harus di-BAP. Jangan-jangan sudah disadap. Kalau mau jualan, ada dong lelakinya, ini logika jangan menghakimi orang. AA juga nggak jadi tersangka, nggak buat apa-apa. Bolehlah jadi berita eye-catching, tapi jangan begini,” tutur Minola, baru-baru ini.
Nah, RA sendiri dan pengacaranya, Pieter Ell sudah menyicil siapa saja ‘usernya’ Amel. Namun itupun belum jelas. Sampai akhirnya Pieter kemarin menyebut jika salah satu user adalah orang terkenal.
“Ciri-cirinya dia putih, tinggi, blasteran, domisili di salah satu ibukota provinsi Jawa dan orangnya terkenal,” ungkap Pieter, kemarin.
Namun ia membantah kalau pelanggan Amel dari kalangan artis. Menurutnya orang terkenal belum tentu berprofesi sebagai public figure. “Anggota DPRD salah satu provinsi,” imbuhnya.
Sekadar info. Tak lama setelah diciduk, RA sempat buka mulut soal siapa saja pelanggan artis-artis cantik yang dikelolanya. Ia menyebut salah satu pelanggan yang kerap menyewa pekerja seks komersial (PSK) yang di bawah koordinasinya, adalah kalangan anggota DPR.
RA membawahi 200 PSK yang dibanderol Rp 80-200 juta. “Iya anggota DPR, ya beberapa kalangan lainnya,” kata RA di Mapolres Jakarta Selatan, Senin (11/5).
Pieter menambahkan, ada anggota DPR yang ikut membooking para artis. “Iya, anggota parlemen yang performancenya meyakinkan. Pokoknya yang penampilannya Om-om,” jelasnya.
Yang lain. Tyas Mirasih dan Shinta Bachir ikut disebut-sebut dalam prostitusi artis binaan RA. Pieter pun ngotot ingin kedua artis terkenal itu hadir dalam sidang sang klien. Apalagi, Amel dalam sidang sebelumnya sudah hadir meski tampil tertutup dengan cadar serba hitam.
“Pokoknya siapapun yang sebagai saksi udah disidik oleh penyidik wajib untuk hadir,” ujar Pieter. “Saya mau ketemu dengan TM, lagi cari dia di mana. Untuk bertanya kenapa sih nggak datang?” sahutnya tersenyum.
Tyas dan Shinta memang tak bersinggungan langsung saat RA dan Amel ditangkap. Sebab, keduanya hanya ada dalam daftar artis yang dijajakan Robby, yang kemudian beredar luas.
Adapun Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, Candra Saptaji menilai, Tyas dan Shinta tidak kooperatif dengan tidak hadir di sidang perkara RA, Selasa lalu.
“Ya itu makanya saya bilang dia tidak kooperatif tadi, mereka tidak menghormati proses hukum yang berlaku di Indonesia,” kata Chandra.
Pihaknya telah melakukan pemanggilan terhadap dua artis itu namun tetap saja tidak hadir. Bahkan di sidang lalu, tidak ada konfirmasi baik dari artis Tyas atau Shinta.
“Tidak perlu hadir lagi, mereka sudah kami panggil empat kali dan mereka tidak kooperatif begitu saja,” ujarnya.
Dalam laporan utama Tabloid C&R beberapa waktu lalu, Tyas disebut sangat aktif meminta klien kepada RA. Yang menarik, percakapan Tyas dan RA beredar secara gamblang. Dari chat itu pula, Tyas diketahui pernah kencan di hotel mewah di kawasan Jakarta Barat dengan klien pria berinisial BK.
Kepada penyidik, RA menjelaskan, transaksi Tyas saat itu mencapai Rp 25 juta. Dengan rincian, Rp 20 juta untuk Tyas, dan Rp 5 juta diambil sang mucikari untuk ongkos perantara.
Namun, seperti dikutip tabloid tersebut, Tyas membantah semua keterangan RA kepada penyidik. Yang jelas, ada kesamaan antara Tyas, Amel dan Shinta.
Ketiganya pernah bermain dalam satu film, atau setidaknya dalam dua film yang berbeda. Khusus Amel dan Tyas, mereka bertemu di film Hantu Budeg, sedangkan Shinta eksis di Pulau Hantu 3.
Pieter Ell membenarkan mengenai tulisan itu. Tapi, dia tak mau banyak menjelaskan. Hanya disebutkan, Tyas ataupun artis lainnya memang selalu meminta hotel mewah sebagai tempat transaksi esek-esek. “Ada permintaan khusus, nggak mungkin hotel melati,” jelas Pieter.
“Makanya kalau ini kan dalam kesaksian saya minta rekonstruksi, minta ke TKP. Jangan cuma klien saya dikorbankan. Yang enak siapa, yang senang siapa!” kata Pieter membela kliennya. *
Comment