Makassar “Darurat Pengemis”

Makassar "Darurat Pengemis"

Makassar "Darurat Pengemis"

Sriwahyuningsih
Mahasiswa Makassar 

Makassar "Darurat Pengemis"
Sriwahyuningsih

Sebagai kota terbesar di Indonesia timur, Makassar menjadi lokomotif ekonomi terbesar di pulau sulawesi. Sejalan dengan pesatnya ekonomi, sejumlah masalah sosial juga hadir. Termasuk hadirnya fenomena pengemis dadakan. Sehingga, Makassar menjadi kota “darurat pengemis”.


Mereka yang menjalani dunia mengemis ini, tak hanya orangtua, anak-anak usia sekolah pun juga dilibatkan dengan jenis kelamin pria maupun perempuan.

Lokasi operasi para mengemis itu pun kian meluas. Mereka tak hanya memelas di perempatan atau di pertigaan jalan di kota ini. Rumah-rumah ibadah, rumah makan, kantor-kantor pemerintah maupun swasta, pasar, hingga rumah-rumah warga pun didatangi.

Pengemis ini melakukan operasi di perempatan jalana Masjid Raya dan Urif Sumihardjo, perempatan Jl. Panakukang Mas, Play Over Km 4, ujung Pettarani Sultan Alauddin, sepanjang Pantai Losari, Karebosi dan Pasar Sentral

Bahkan lokasi-lokasi wisata, rumah sakit umum, puskesmas, warung-warung kopi, kampus, hingga SPBU-SPBU pun diserbu para pengemis. Mereka beraktivitas sejak pagi hingga larut malam.

“Pak uang-ta,” ujar seorang bocah kepada beberapa pengunjung sebuah warkop di Jl Veteran Selatan, Makassar, 24 Oktober pagi. Bocah pengemis itu tak hanya seorang. Melainkan berlima. Masing-masing menenteng kantung plastik yang difungsikan untuk menadah uang pemberian para dermawan yang didatanginya.

“Pengemis ke warkop ini sudah sering. Walau beberapa kali dilarang, tetap saja mereka datang,” ujar Rian, pengunjung warkop yang didatangi para pengemis tersebut.

Terhadap keberadaan para peminta-minta itu, sebagian orang mengaku resah. Bukan hanya itu, keberadaan para pengemis yang beroperasi di perempatan atau pertigaan jalan itu dikhawatirkan membahayakan bagi keselamatan mereka. Semisal menjadi korban tabrakan. (*)

Comment