Makassar Menuju “Kota Macet”

Makassar Menuju "Kota Macet"

Makassar Menuju "Kota Macet"

Ahadri
Mahasiswa

Makassar Menuju "Kota Macet"
Ahadri

Program pemerintah yang terus mendorong agara ekonomi masyarakat terus meningkat. Bahkan, tolak ukur yang digunakan pemerintah saat ini dengan melihat tingginya penjualan kendaraan. Tapi, hal tersebut tak sejalan dengan infrastruktur yang ada, khususnya jalanan.


Untuk itu, hanya kurun 4 tahun terakhir, jalanan di Makassar mulai sesak dengan banyaknya kendaraan. Jika itu terus dibiarkan, maka Makassar tak akan menjadi kota dunia tapi menjadi kota macet.

Rutinitas harian masyarakat di Kota Metropolitan Makassar terutama di waktu jam sibuk dan kantoran yakni pagi dan jelang sore. Hampir semua sudut kota terutama jalan-jalan protokol menghadirkan kemacetan dan kepadatan kendaraan yang sangat melelahkan dan terkadang menjengkelkan.

Jarak lokasi tempuh yang hanya dua hingga tiga kilometer terkadang harus butuh dengan waktu satu atau dua jam, apalagi kalau kendaraan sudah terjebak dalam antrian kemacetan yang cukup parah. Jumlah kendaraan yang terus bertambah menjadikan Kota Angin Mammiri ini mendapat julukan baru kota macet.

Jika pengambil kebijakan tidak serius menangani kemacetan ini, cepat atau lambat Makassar akan berjalan menuju kota lumpuh. Jumlah kendaraan terus bertambah, sementara volume jalan tidak bertambah panjang. Realitas sosial demikian akan semakin memperparah penghuni Kota Makassar.

Makassar Menuju "Kota Macet"
Makassar Menuju “Kota Macet”

Kota Angin Mamiri ini menjadi kota macet terparah di luar Pulau Jawa. Kondisi itu hadir akibat kepadatan penduduk yang memiliki kendaraan pribadi mengakibatkan macet di sejumlah titik jalan di kota ini.

Lokasi kemacetan dapat disaksikan disepanjang Jl. AP Pettarani, JL.Perintis Kemerdekaan, JL.Toddopuli Raya, JL.Hertasning, JL.Rappocini, Terutama di JL.Urip Sumoharjo. Selain faktor padatnya kendaraan pribadi penduduk, ada juga faktor yang menyebabkan macet saat ini ialah orasi mahasiswa di sekitar JL.Urip Sumoharjo depan kampus Universitas Muslim Indonesia yang terjadi pada tanggal 25 Oktober 2015.

Irwan, seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Makassar mengatakan, kemacetan di kota ini sangat meresahkan dan menganggu rutinitas keseharian. “Saya berharap pemerintah kota dan keamanan agar lebih memaksimalkan lagi dalam mengurangi kemacetan lalu lintas,” ujar Syaifullah seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Makassar. (*)

Comment