Bappeda Seminarkan Model SL Phronima Kawasan Minapolitan Lowita

Bappeda Seminarkan Model SL Phronima Kawasan Minapolitan Lowita

Bappeda Seminarkan Model SL Phronima Kawasan Minapolitan Lowita

Bappeda Seminarkan Model SL Phronima Kawasan Minapolitan Lowita
Bappeda Seminarkan Model SL Phronima Kawasan Minapolitan Lowita

PINRANG, BERITA- SULSEL.COM – Guna pengembangan pakan udang Phronima Suppa, Badan Perencanaan Pembangunan daerah (Bappeda) Kabupaten Pinrang melakukan kajian tentang sekolah lapang phronima Suppa, Rabu, (4/11/2015)lalu.

Kajian ini dilakukan dalam rangka penyusunan model sekolah lapang Phronima Suppa pada kawasan minapolitan lowita Kabupaten Pinrang. Tim yang dilibatkan dalam kajian tersebut yakni Prof. Hattah Fattah, Akademisi dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Muslim Indonesia (Ketua). Sedangkan anggota tim terdiri dari Sitti Rahbiah Busaeri (Akademisi), Muh. Yunus (Akademisi), Abdul Salam Atjo (Penyuluh Perikanan PNS) dan Taufik Sabir (Penyuluh Perikanan swadaya).


Hasil kajian seminar dihadiri perwakilan instansi terkait, tokoh masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dibuka oleh pelaksana tugas kepala Bappeda yang diwakili oleh Ir. Akkas Arafi.

Dalam sambutannya, Akkas Arafi menekankan perlunya kerjasama dan keterlibatan instansi terkait dalam mengembangkan pakan udang phronima Suppa.

“Agar semua pihak ikut terlibat dalam kebangkitan udang windu di Kabupaten Pinrang perlu mengembangkan pakan alami Phronima Suppa. Karena peran lembaga penyuluhan perikanan ikut terlibat dalam pengembangan sekolah lapang karena sekolah lapang merupakan salah satu metode penyuluhan perikanan. Demikian juga perbankan dan sumber pembiayaan lainnya untuk ikut membantu dalam mengucurkan modal operasional bagi pembudidaya udang windu di Pinrang,” ujarnya dalam rilis yang terima BERITA SULSEL.COM, Jumat, 6 November.

Lanjut, Akkas menambahkan Phronima suppa ini menjadi icon kecamatan Suppa dalam membangkitkan udang windu di Pinrang sehingga kita perlu kerjasama dan saling koordinasi.

Sementara Prof. Hattah Fattah sebagai pelaksana penkajian lapangan dalam pemaparannya menjelaskan latar belakang dilakukannya kajian ini mengingat produksi udang windu di kabupaten Pinrang mengalami penurunan pada tahun 1999 silam.

“Penurunan tersebut sebagai dampak dari merebaknya serangan penyakit yang disebabkan oleh virus. sejak 2005 di kawasan minapolitan Suppa ditemukan phronima yang masyarakat lokal menyebutnya sebagai wereng. Wereng tersebut menjadi makanan udang sehingga udang sehat dan cepat panen. Aplikasi phronima Suppa berhasil meningkatkan produksi udang windu dari 50 kg per hektar menjadi 250 kg per hektar per siklus,” bebernya.

Hattah Fattah mengungkapkan dengan latar belakang itulah sehingga kita akan kembangkan phronima melalui sekolah lapang.

“Dipilihnya kecamatan Suppa dinilai wajar, sebab pertimbangan sarana pendukung seperti terdapat SMK Perikanan, ada sejumlah panti pembenihan udang windu (hatchery), terdapat hamparan tambak udang bekas tambak intensif,”ujarnya.

Selain itu kawasan minapolitan kecamatan Suppa selama ini juga menjadi wilayah binaan Klinik Iptek Mina Bisnis (KIMBis), wilayah binaan Balai Penelitian Perikanan Budidaya Air Payau Maros, lokasi sampel hama dan penyakit ikan dari Balai Besar Karantina Ikan Makassar, lokasi pengembangan budidaya udang windu ramah lingkungan oleh WWF Indonesia, lokasi kajian Iptek bina Wilayah (IbW) dari Dikti, lokasi pembelian udang windu dari PMA Jepang (PT Atina) dan sejumlah kajian perikanan budidaya yang dilakukan oleh perguruan tinggi di wilayah ini,” tambahnya.

Materi kegiatan dalam sekolah lapangan ini akan lebih fokus pada pengembangan budidaya udang windu yang berkelanjutan dengan memanfaatkan pakan alami endemik yaitu phronima suppa. Selama ini sudah dilakukan kajian tentang aplikasi phronima suppa dalam budidaya udang windu.

Hasil kajian inilah yang akan dikembangkan lebih luas melalui sekolah lapang. Selain sebagai pakan untuk udang windu yang dibudidayakan di tambak, pakan alami phronima saat ini sedang diteliti sebagai pakan pengganti artemia untuk benur udang windu di hatchery.

Dijelaskan Hattah, fasilitator yang terlibat dalam sekolah lapang ini antara lain peneliti, penyuluh perikanan PNS, Penyuluh perikanan swadaya, Penyuluh perikanan swasta, pengusaha hatchery,dan sejumlah pihak yang punya komitmen untuk memajukan perikanan budidaya di kabupaten Pinrang. Kegiatan ini akan lebih banyak aplikasi lapangan melalui kegiatan dempond, diskusi lapangan tentang permasalahan yang dihadapi pembudidaya saat ini dan cara untuk menemukan solusinya.

Dalam pertemuan seminar tersebut, Ansar Tiro, salah seorang pimpinan LSM di Pinrang mengharapkan agar sekolah lapang ini tidak hanya dikembangkan di kecamatan Suppa akan tetapi juga diperhatikan kepada masyarakat yang berprofesi sebagai petani ikan air tawar. Mengingat potensi perikanan air tawar di Pinrang cukup luas. Demikian juga sekertarias Dinas Koperasi Drs Sabri Tunggal yang hadir dalam seminar itu mengharapkan agar sekolah lapang dikembangkan di lima kecamatan pesisir lainnya di kabupaten Pinrang.

Dalam seminar kemarin ditarik beberapa kesimpulan dan rekomendasi antara lain sekolah lapang ditempatkan pada kawasan pertambakan bekas tambak intensif PT. BIGI yang terletak di desa Wiringtasi kecamatan Suppa. Selain itu pengelolaan sekolah lapang dilakukan secara mandiri berdasarkan potensi unggulan lokal terutama phronima suppa dan dukungan partisipasi masyarakat dan pihak terkait. Demikian juga materi pembelajaran disesuaikan dengan tingkat penguasaan teknologi oleh pembudidaya serta dipraktekkan dan didiskusikan di tingkat lapangan. Pengelolaan sekolah lapang dilakukan secara melembaga yang dibentuk oleh dan untuk masyarakat pembudidaya berdasarkan prinsip dasar “SUPPA” Sustainability (keberlanjutan),Utility (pemanfaatan),Participatory (partisipasi), Productivity (produktivitas) dan Advanced (yus).

Baca Juga

Sopir Angkutan Barang Keluhkan Pungli Dishub Pinrang

Comment