Rudi Hartono : Mendengarkan Radio Kunjungi Luar Negeri

 Ketua Borneo Listeners Club, Rudy Hartono, SE (kanan) ketika berkunjung ke studi China Radio Internasional di Beijing 2010. (foto:ist)

Ketua Borneo Listeners Club, Rudy Hartono, SE (kanan) ketika berkunjung ke studi China Radio Internasional di Beijing 2010. (foto:ist)

MAKASSAR, BERITA-SULSEL.COM – Pada awalnya mendengarkan siaran radio luar negeri seksi Bahasa Indonesia, hanya sebatas hoby mendapatkan hiburan lagu-lagu terpopuler di pentas musik dunia. Selain itu juga mendapatkan informasi aktual terhadap dinamika perkembangan sosial, politik, ekonomi, budaya dan seluruh aspek kehidupan.

Hal ini disampaikan Ketua Borneo Listeners Club, Rudy Hartono, SE, di Pemangkat Sambas Kalbar, Sabtu, 7 Mei 2016. Hoby mendengarkan radio dimulai ketika duduk di bangku SMP YPN Pemangkat 1986, karena belum memiliki pesawat radio, maka setiap kali tetangga memutar siaran radio Australia, BBC London, Suara Amerika (VOA) Seksi Bahasa Indonesia pagi.


“Saya ikut nebeng mendengarkannya. Informasi aktual dan faktual sangat menarik, karena kadang berita yang disiarkan stasiun radio luar negeri itu, tidak bakal dijumpai pada media massa di tanah air, “ungkap sarjana ekonomi STIE Pelita Bangsa Bekasi 2012 ini.

Lewat hoby memonitor radio luar negeri ini, pria kelahiran Parit Setia Sambas, 12 Agustus 1972 ini telah mengunjungi stasiun dan studio radio luar negeri yang sering didengarkan. Pernah berkunjung ke ke Kota Beijing selaku pendengar setia China Radio International (CRI) Seksi Bahasa Indonesia Juli 2010, Kota Hanoi, negara asal siaran Voice Of Vietnam (VOV) seksi Bahasa Indonesia, September 2015 serta Radio dan Televisi Malaysia (RTM), Pebruari 2016.

“Saya tidak pernah membayangkan lewat hoby memonitor radio luar negeri seksi bahasa Indonesia, pada akirnya mengantar saya bisa jalan-jalan ke negeri Tirai Bambu China, Vietnam dan Malaysia,” ungkap karyawan swasta perusahan kelapa sawit di Kalimantan Barat ini.

Kesetiaan pada hobynya itu, sehingga sudah berulang kali berganti pesawat penerima yang dipakai. Pertama memiliki radio penerima siaran adalah pesawat radio dengan merek, Panasonic 4 band, kemudian diganti merek Tens R.37, diganti lagi merek Sony ICF 11, Tersun dan kini radio terbaru menggunakan pesawat merek, Sangean ATS 404.

“Jenis mereka radio yang digunakan memonitor, mulai dari manual sampai beralih ke jenis radio digital,” ujar suami dari Asnita ini.

Jadwal rutin setiap hari memoitor radio mulai usai salat subuh, dari pukul 04.30 WIB sampai 06.00 WIB, hoby itu kemudian dilanjutkan sekembali dari kerja rutin selaku karyawan swasta, mulai pukul 16.30 sampai dengan 18.00 WIB.

“Hoby itu kemudian dilanjutkan lagi usai salat isyah pukul 19.30 WIB,”katanya.

Radio luar negeri yang menunjuk Rudi selaku monitor tetap, termasuk di antaranya, Radio Jepang (NHK), Radio Korea Selatan (KBS), Radio Tiongkok Internasional (RTI), CRI dan VOV. Lewat hoby itu secara finansial juga juga ada didapatkan, termasuk pernah mendapat hadiah 500 riyal karena menang dalam kuis yang digelar Radio Saudi. Selain itu juga mendapat dana selaku pelapor tetap penerimaan siaran NHK seksi bahasa Indonesia.

Mendengarkan radio apalagi di era digital dan teknologi informasi yang sangat luar biasa maju, akan dengan mudah, cepat dan tepat mendapatkan informsi kejadian dan peristiwa yang terjadi hampir diseluruh pelosok dunia.

“Informasi itu lewat radio begitu cepat, sehingga peristiwa atau kejadian masih sedang berlangsung, sudah dapat diperoleh informasinya di stasiun radio di negara bersangkutan,” terang Rudi. (yahya).

Baca Juga

Ahmad Syaekhu : Profesi Dosen Adalah Panggilan Jiwa Pendidik

Agusnia Hasan Sulur, Sang Penaluk Waktu Demi Karir dan Keluarga

Lilies Anggarwati Astuti, Dokter Penjamin Mutu Kualitas Fakultas


Comment