Trust, Ketercapaian Bernegara

Ahlan Mukhtari Soamole
Ahlan Mukhtari Soamole

Oleh : Ahlan Mukhtari Soamole

Memahami aspek kenegaraan sangatlah perlu dimengerti secara kompherensif. Pemahaman itu terletak dalam suatu corak pengetahuan tentang apa yang berlangsung dalam pengimplementasian kebijaksanaan dalam suatu kenegaraan tersebut.


Negara atau state, konsesus dalam membangun suatu lembaga, kelompok ataupun secara besar adalah state. Akan menghasilkan hasil apa yang dikenal dengan upaya mencapai keberhasilan, dalam suatu tujuan berkelompok. Dalam mempertahankan eksistensi suatu state, dapat diketahui upaya-upaya yang mempertahankan suatu tujuan ideologi atau pandangan hidup dan cita-cita bermasyarakat. Demokrasi adalah instrumen pendukung dalam ketercapaian bernegara tersebut.

Apabila hal itu dapat direlevansikan dengan memberikan sentuhan pemahaman rangkaian komponen dalam organisasi seperti state. Walaupun banyak hal-hal yang pertahankan maupun dipertentangkan konsep bernegara atau instrumen-instrumen seperti dijelaskan di atas tersebut, –instrumen yang dimaksud lebih ditekankan dalam pengetahuan—dan pada demokrasi era kontemporer menunjukan suatu analisis secara sosial maupun eksperimentasi sosial, pemahaman sosial atas masyarakat dalam negara-negara tertentu, telah terasing dari makna sebenarnya.

Banyak hal yang bertolak belakang dengan arti demokrasi. Yang seharusnya dapat melepaskan semua masyarakat dalam keterpurukan baik aspek sosial, ekonomi, politik bahkan sistem itu sendiri.

Menurut seorang tokoh intelektual dalam abad kontemporer, Muhammad Baqir Shadr (2011), menguraikan pemikirannya dengan menanyakan sistem apakah yang tepat dalam kehidupan ummat masa kini. Meskipun seorang Muhaammad Baqir As-Shadr adalah seorang tokoh dan ulama Islam. Namun, penulis dapat membayangkan bagaimana pertanyaan tersebut yang diucapkan memiliki korelasi atau keterpautan dengan kondisi pada saat ini, dan akan datang.

Bila dijawab dengan berbagai pendekatan maupun segala bentuk perspektif oleh masyarakat khususnya ilmuwan.

Secara otomatis orang-orang dapat membela segala pendapat dan pandangan cita-cita sebagaimana mestinya. Sistem demokrasi yang digunakan oleh negara-negara tertentu menunjukan suatu keunggulan yang mumpuni.

Namun, setiap mekanisme implementasi, Tidak seperti apa yang diharapkan, kapitalisme justru semakin merajalela melahirkan berbagai ragam demokrasi liberal.

Dalam konteks ini, bila upaya bernegara hanyalah dikonstruk dalam paradigma ekonomi, dan politik semata. Secara tak langsung bertolak belakang atau distorsi dengan konsep kenegaraan kita—Indonesia sebagai demokrasi pancasila—konsep demokrasi yang mengedepankan usaha progresifitas kolektif. Berubah bentuk secara perlahan menjadi kapitalis demokrasi. Sehingga, negara sesungguhnya dapat kehilangan kepercayaan (trust) di antara komponen-komponen pendukung. Interpretasi usaha bernegara tersebut. Secara simplisit ialah keterhubungan antara masyarakat, wilayah dan goverment. Yang terikat atas suatu kebijaksanaan dalam memajukan demokrasi sebaik-baiknya.

Menelusuri berbagai ragam hal aspek kemasyarakatan yang terintegrasi dalam perlindungan suatu negara. Menjadikan upaya-upaya untuk memenuhi hasrat membangun kemakmuran sangat diutamakan. Konsesus-konsesus antara penerapan berbagai model weltanscaung. Baik kapitalisme, komunisme dan kapitalisme telah menghantarkan suatu penolakan-penolakan tak menentu tanpa sebab. Namun, dari berbagai pertentangan tersebut masih ada beberapa hal yang dapat diberikan suatu rasionalisasi atas, penyelesaian masalah tersebut.

Frans Magnis Suseno (2013) dalam menjelaskan Marx di bukunya tentang dari MAO KE MARCUSE percikan filsafat marxis pasca Lenin. Masyarakat terdiri atas beberapa (kelas) yang berkuasa dan golongan yang dikuasai. Yang berkuasa adalah pemimpin militer, para raja, para tuan tanah, parah bangsawan, para pedagang, dan pada masa kapitalisme dipimpin oleh kaum pemodal. Sedangkan yang dikuasai adalah para petani, para nelayan, para pekerja buruh, parah tukang, dan para kaum buruh industri. Marx menyatakan kepentingan kelas atas dan kelas bahwa secara hakiki sungguh bertentangan.

Oleh karena itu untuk mendukung keberhasilan suatu negara maupun ketercapaian dalam lingkup bermasyarakat. Perlu kembali memaknai dan mengejahwantakan dorongan kemajuan tersebut. Mulai dari saling pengertian antara masyarakat, wilayah dan pemerintah.

Memaknai istilah Marx tersebut. Mendasari kita memahami perkembangan konsep kognitif marx sebagaimana mestinya. Masyarakat seharusnya dan secara de jure mampu mewujudkan suatu kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, pengakuan antara kelas tersebut. Hal itu dilakukan apabila menggunakan usaha secara ekstensif melalui gerakan-gerakan yang dimaknai sebagai pembaharuan.

TRUST DAN KEMENANGAN

Persinggungan atas masalah-masalah yang terjadi saat ini. Adalah tendesi murni problem ketidaksesuaian atau ketakmampuan seseorang dalam mengidentifikasi akar persoalan yang terjadi. Negara dalam menyesuaikan eksistensinya dalam persaingan memenuhi kebutuhan pertumbuhan ekonomi. Mengharuskan agar dengan secepat dapat menguasai berbagai kebutuhan serta aspek dalam suatu negara tertentu. Namun, tidaklah menjadi masalah atau alasan yang pasti.

Perkembangan negara dalam memajukan integrasi dari arah ekonomi maupun politik semakin terepresentasi secara universal, bahkan menjadi ancaman bagi sekitarnya. Secara politik ancaman antar suatu negara dengan state lainnya menghasilkan penyimpangan-penyimpangan bersifat kepentingan semata. Ancaman nuklir bahkan penguasaan atas sumber daya alam (natural resource). Konsep ekonomi yang berlangsung dalam suatu negara mengharuskan setiap pelaksana kebijakan merealisasikan kebutuhan dengan mengikuti persyaratan tertentu.

Oleh karena itu, untuk mendukung aktivitas yang berlangsung. Dan mencapai keberhasilan dalam perekonomian. Pada dasarnya ialah membangun kembali trust meyakinkan setiap upaya kita terhadap masyarakat. Khususnya para pengendali ekonomi. Memang, tak bisa dipungkiri sistem saat ini mengharuskan sebagaimana kita mendukung dan menginterpretasikan kegiatan yang berskala global dan bersifat memenuhi kepentingan semata dalam perekonomian.

Francis Fukuyaama (1922) Trust. Negara dalam memenuhi kebutuhan ekonomi seharusnya memerlukan suatu kepercayaan dalam masyarakat atau suatu negara tertentu. Baik, negara berkembang, maupun negara-negara maju di dunia. Misal negara yang memiliki tingkat kepercayaan sangat rendah misal, Korea, Italia, China dan lain sebagainya. Sebaliknya negara yang mempunyai high trust misal Amerika Serikat, Jepang. Bila diukur dalam tingkat keyakinan usaha progresifitas dalam ekonomi politik dunia sangatlah maju ketimbang negara-negara berkembang maupun negara yang tingkat trust sangat rendah. Seperti dijelaskan di atas tersebut.

Dengan memahami perkembangan yang signifikan bagi suatu negara menambah suatu hasrat keberlangsungan berbagai elemen maupun para perencana sistem. akan terhubung secara sistematis.

Oleh sebab itu, negara akan maju dan mencapai hasil yang progresif bersifat menyejahterakan dan memakmurkan. Apabila falsafah kebijaksanaan dalam membangun bangsa maupun umat secara kompherensif. Mampu mengabadikan keilmuwan yang mengarah dalam aspek politik maupun ekonomi pada saat ini secara holistik. Dan membangun Keterhubungan fundamental secara kesepahaman dalam bernegara antara masyarakat, wilayah dan pemerintah.

‘’Tuan rumah tak akan berunding dengan maling yang menjarah rumahnya’’

TAN MALAKA

‘’Barang siapa ingin mutiara harus berani terjun di lautan  yang dalam’’

BUNG KARNO

Comment