Laporan PBB: Tentara Myanmar Bantai Anak Rohingya

Laporan PBB: Tentara Myanmar Bantai Anak Rohingya
Laporan PBB: Tentara Myanmar Bantai Anak Rohingya

BERITA-SULSEL.COM – Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan laporan mengerikan ihwal kebrutalan perlakuan tentara Myanmar terhadap warga Rohingya selama tiga bulan terakhir.

Seperti dilansir The Independent, Sabtu 4 Februari 2017, bayi berusia delapan bulan, anak berusia lima tahun dan enam tahun tewas digorok atau ditikam dengan pisau oleh tentara dalam operasi militer yang digelar Myanmar sejak 9 Oktober lalu.


Operasi militer ini terjadi wilayah mayoritas Rohingya di Negara Bagian Rakhine menyusul tewasnya sembilan polisi di pos pemeriksaan Rakhine.

Sekitar 200 warga Rohingya yang berhasil melarikan diri ke Bangladesh menuturkan kengerian ini kepada tim khusus PBB.

“Terjadi pembunuhan terhadap bayi, balita, anak-anak, perempuan dan warga lanjut usia, penembakan terhadap orang yang melarikan diri, pembakaran desa, pemerkosaan sistematis hingga perusakan bahan makanan,” demikian laporan yang disebut PBB “sangat mengerikan” saat dirilis pada Jumat lalu di Jenewa.

Seorang ibu menuturkan bagaimana anak perempuannya yang baru berusia lima tahun, digorok hingga tewas karena berusaha menghalangi tentara memperkosanya.

Sementara dalam kasus lain, seorang bayi juga tewas dibunuh saat lima tentara sedang beramai-ramai memperkosa ibunya.

Tak hanya pembunuhan keji, para tentara juga tega memperkosa para perempuan Rohingya, termasuk anak berusia 11 tahun dan seorang ibu yang tengah hamil sembilan bulan.

Kebrutalan tentara Myanmar tak berhenti sampai di situ.

Sejumlah saksi menceritakan bagaimana warga Budha setempat, yang datang bersama tentara Myanmar, mengunci satu keluarga Rohingya, termasuk orang lanjut usia dan orang dengan disabilitas, ke dalam sebuah rumah.

Kemudian mereka membakar rumah itu sehingga menewaskan seluruh keluarga yang terpanggang hidup-hidup.

Saat siksaan, perkosaan dan pembantaian itu berlangsung, para pelaku mengatakan hinaan seperti, “Apa yang bisa dilakukan Allah untuk membantumu? Lihat apa yang bisa kami lakukan padamu?”

Linnea Arvidsson, salah satu petugas PBB yang mewawancara para pengungsi Rohingya di Bangladesh dan menuliskan laporan ini, mengatakan kepada The Independent bahwa ia belum pernah mendengar “kebrutalan sekeji ini.”

“Perempuan dan pria dewasa tak kuasa menahan tangis karena kekejian yang luar biasa. Perempuan menangis karena diperkosa atau anak mereka dibunuh. Pria menangis karena rumah mereka dibakar dan tak bisa melindungi keluarga.”

Arvidsson menegaskan baru kali ini menemukan kejahatan dengan prevalensi sangat tinggi. “Saya mendengar cerita dari 204 orang, dari total 88 ribu warga Rohingya yang lari sejak Oktober. Bayangkan, berapa jumlah kejahatan yang terjadi.”

Komisioner Hak Asasi Manusia PBB, Zeid Ra’ad al-Hussein, kepada Reuters dari Jenewa mengatakan dirinya telah menelepon pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi.

“Setelah laporan ini keluar, saya mendesak pemerintah Myanamr untuk menghentikan oeprasi militer ini,” ujar Hussein. “Suu Kyi juga memberi tahu bahwa penyelidikan terkait laporan PBB telah dibuka.”

al-Hussein mengutuk kekejian ini dengan menyebut kejahatan terhadap anak-anak Rohingya “sangat tidak terbayangkan.”

“Bagaimana mungkin seorang pria menusuk bayi yang menangis meminta susu ibunya. Sementara ibunya menyaksikan kekejian ini saat sedang diperkosa beramai-ramai. Operasi keamanan macam apa yang dilakukan?”

Di Yangon, juru bicara presiden Myanmar, Zaw Htay, mengatakan bahwa tuduhan dalam laporan PBB tersebut adalah tuduhan sangat serius. “Kami sangat prihatin dan langsung melakukan penyelidikan yang akan dipimpin Wakil Presiden U Myint Swe.”

Zaw Htay mengatakan jika ada bukti bahwa tuduhan itu benar-benar terjadi, “Kami akan melakukan tindakan tegas.”

Myanmar, negara mayoritas Budha, berulang kali menolak tuduhan pelanggaran kemanusiaan terhadap warga minoritas Muslim Rohingya di Rakhine.

Sejak 9 Oktober lalu, sekitar 88 ribu warga Rohingya kabur ke Bangaldesh untuk menyelamatkan diri.

Pemerintah Myanmar kerap menyebut kesaksian para warga Rohingya sebagai propaganda. Bahkan menyebut kebrutalan polisi juga sering terjadi di berbagai negara di dunia.

Comment