Ketua MUI Luwu Raya Safari Ilmiah di Ponpes Wali Barokah LDII Kediri

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) se-Luwu Raya melakukan safari ilmiah di Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah Kediri, Jawa Timur, Minggu (20/8/2017).

KEDIRI, BERITA-SULSEL.COM – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Luwu Raya melakukan safari ilmiah di Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah Kediri, Jawa Timur. Peserta kunjungan antara lain, Ketua MUI Kota Palopo KH Syarifuddin Daud, Ketua MUI Kabupaten Luwu KH Muhammad Aswawi, Ketua MUI Kabupaten Luwu Timur KH Abdul Azis Rajmal, dan Ketua MUI Kabupaten Luwu Utara KH Muhammad Idris.

Adapun pengurus LDII yang turut serta antara lain, Wakil Ketua LDII Sulawesi Selatan Renreng Tjolli, Sekretaris LDII Kota Palopo Baharuddin, Sekretaris LDII Luwu Nurhasim, Ketua LDII Luwu Utara Syaifullah, dan Wakil Ketua LDII Luwu Timur Muhammad Syarif.


Seusai Shalat Subuh berjamaah di Masjid Baitul A’la Ponpes Wali Barokah, Ketua Ponpes Wali Barokah KH Sunarto mengajak para ketua MUI naik ke Menara Asmaul Husna. Sebelum menapaki tangga, Ketua Ponpes Wali Barokah KH Sunarto menjelaskan sejarah peresmian menara berkubah emas ini.

“Menara ini diresmikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 23 Januari 2009. Prasasti peresmiannya tersimpan dengan baik,” kata KH Sunarto di Ponpes Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur, Minggu (20/8/2017).

Menara Asmaul Husna, kata KH Sunarto, menjadi ikon Kota Kediri. “Menara ini mempunyak ketinggian 99 meter dan 23 lantai. Kami pernah menghitung jumlah anak tangganya yang berjumlah 464 buah,” ujarnya.

Menapaki satu per satu tangga menara, kata KH Sunarto, sama dengan berolahraga. Adapun orang yang pernah menaiki tangga, paling tua berusia 73 tahun. “Jika saat ini Ketua MUI Luwu yang berusia 78 tahun naik menara Asmaul Husna, maka berarti memecahkan rekor,” jelasnya disambut tawa hadirin.

Ia memaparkan, lantai 1 menara digunakan sebagai kantor pendidikan penghafal Quran. Lantai 2 menjadi ruang belajar. Lantai 3 menjadi perpustakaan Majelis Taujil wal Irsyad. Lantai 4 sebagai ruang belajar. Sekitar pukul 06.00 WIB, para Ketua MUI Luwu Raya mulai menaiki menara. Dari atas menara, panorama Kota Kediri dapat dilihat jelas. Saat para rombongan menapaki tangga, angin sepoi-sepoi berhembus.

Saat ini, sedang dikerjakan pembuatan lift Menara Asmaul Husna. “Beberapa tamu menyarankan, menara ini dibuatkan lift. Saat ini, liftnya sedang dalam proses penyelesaian,” ucapnya.

Karena keterbatasan waktu, para Ketua MUI se-Luwu Raya hanya menapaki lantai 9 menara. “Jika sudah kembali ke Sulawesi Selatan, bapak-bapak sudah bisa mengatakan bahwa sudah pernah naik ke menara. Kedepan, jika bapak-bapak kembali berkunjung kemari, kita akan kembali melanjutkan perjalanan hingga ke lantai yang lebih tinggi,” tutur KH Sunarto disambut tawa.

Lebih lanjut, pihaknya mengatakan, Ponpes Wali Barokah membina sekitar 3.500 santriwan-santriwati. Mereka berasal dari seluruh provinsi di Indonesia dan luar negeri ini. Visi Ponpes Wali Barokah, kata KH Sunarto, adalah mendidik santriwan-santriwati menjadi dai-daiah yang profesional, berakhlakul karimah, mandiri, dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Untuk mencapai visi tersebut, maka disusunlah misi pondok yakni meningkatkan kompetensi, dedikasi, loyalitas, dan kepatuhan terhadap ajaran Islam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, KH Sunarto Sunarto melanjutkan, pondok menanamkan nilai-nilai kejujuran, amanah, hemat, beretos kerja tinggi, kerukunan, kekompakan, dan kerjasama yang baik.

“Membekali pengetahuan umum dan keterampilan praktis sebagai modal pengembangan diri dan partisipasi dalam pemberdayaan masyarakat,” ungkapnya.

Seusai naik ke atas menara, Ketua MUI Palopo, Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur mengunjungi perpustakaan pondok. Salah satu guru pondok, Ustaz Abdulloh Mas’ud menjelaskan hadis-hadis rujukan dan kurikulum Ponpes Wali Barokah.

Seusai sarapan pagi, Ketua MUI berkunjung ke kelas untuk melihat secara langsung proses belajar mengajar. Ketua MUI Palopo KH Syarifuddin Daud mendapat amanah menyampaikan tausyiah kepada ribuan santri. (*)

Comment