Gerakan Literasi Latih Pemuda Produktif Menulis Buku

Ilmaddin Husain
Pengurus KNPI Sulsel
Melaporkan dari Makassar

Gerakan Literasi Latih Pemuda Produktif Menulis Buku

MAKASSAR, BERITA-SULSEL.COM – Mahasiswa dan pemuda diharap memberi kontribusi positif bagi pembangunan daerah dan nasional. Sehubungan dengan hal tersebut, peningkatan kecakapan literasi berupa membaca dan menulis dinilai perlu terus dikembangkan.


Di lain sisi, gerakan literasi dapat menangkal hoaks yang berseliweran di media sosial. Jika konten yang bersifat bohong tidak dilawan, lantas kebohongan tersebut diulang secara terus-menerus, maka kebohongan bisa dianggap menjadi kebenaran.

Demikian mengemuka dalam “Kelas Literasi” kerjasama Lembaga Riset Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulawesi Selatan dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Badan Koordinasi (Badko) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) di Auditorium KH Muhammad Ramly, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia (UMI), Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (9/9/2017).

Acara yang didukung Kohati Badko HMI Sulselbar dan BPL HMI Cabang Makassar Timur ini mengetengahkan tajuk “Kontribusi Pemuda dalam Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Melalui Gerakan Literasi”. Sejumlah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Makassar mengikuti acara ini.

Pemateri antara lain, penulis sekaligus akademisi Universitas Hasanuddin Fajlurrahman Jurdin, Dosen STAIN Sorong Ismail Suardi Wekke, Pendiri Lentera Institut Muhammad Ashar, dan Direktur Lembaga Riset KNPI Sulsel. Berturut-turut materi yang disampaikan diantaranya strategi menulis buku, arah kebijakan pendidikan, transformasi gerakan literasi, jurnalisme konvensional dan jurnalisme warga, dan metode publikasi dan penulisan jurnal internasional.

Dalam sambutannya, Ketua KNPI Sulawesi Selatan Imran Eka Saputra berpendapat, jika berbicara soal wacana, maka pemuda di Sulawesi Selatan tidak jauh beda dengan pemuda di Pulau Jawa. “Namun, yang terus ditingkatkan ialah pemuda kita dapat mengaktualisasikan gagasannya menjadi karya positif bagi Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia, bahkan dunia,” kata Imran.

Ia mengatakan, pada Desember 2017, bertepatan dengan 1 tahun kepengurusannya, pihaknya akan menerbitkan buku. “Saya pun berharap peserta kelas literasi, pengurus KNPI, dan OKP yang lain membuat tulisan yang akan kita jadikan buku. Adapun judul buku Pemuda Sulawesi Selatan Menatap Indonesia,” tuturnya.

Penulis Fajlurrahman Jurdi mengutarakan, menulis adalah langkah awal untuk mendorong peradaban yang lebih baik. “Tidak ada peradaban tanpa pengetahuan. Peradaban tanpa pengetahuan ibarat kertas yang apabila ditiup angin akan roboh sendirinya,” ujarnya.

Syarat untuk menjadi penulis produktif, katanya, adalah dengan banyak membaca. Untuk menjadi penulis, haruslah banyak membaca. “Tulislah apa yang anda baca dan bacalah apa yang anda tulis. Minimal, bacalah 1 judul buku selama 3 hari. Agar ide mengalir lancar, sebelum menulis bacalah minimal 3 ayat Alquran,” ajaknya.

Pendiri Lentera Institut, Muhammad Ashar mengungkapkan, terkait literasi, persoalan besar yang sedang dihadapi adalah persoalan budaya. “Belumlah selesai budaya membaca, kita loncat ke budaya nonton. Implikasinya, jika berita bohong diulang terus menerus, maka bisa dianggap sebuah kebenaran,” ulasnya.

Ia menyampaikan 5 elemen kunci gerakan sosial. “Yaitu sebab (cause), sang pelaku perubahan (change agency), sasaran perubahan (change target), salurah perubahan (channel), dan strategi perubahan (change strategy).

Dosen STAIN Sorong Ismail Suardi Wekke menguraikan, untuk menjadi penulis, butuh latihan. “Pakai jurus orang Korea yaitu Amati, Tiru, dan Modifikasi (ATM). Tulis saja apa yang ada di benak. Curahkan semua gagasan yang Anda miliki,” paparnya. (*)

Comment