Ku Tulis Cerita Epik Sumpah Pemuda dari Meja Tempatku Ngopi

Oleh : Lukman Hamorang
Kasubag Peliputan Humas Pemda Lutra

Lukman Hamorang

28 Oktober 2017, tepat 89 tahun yang lalu, bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda, sebuah ikrar yang sungguh sangat monumental bagi sejarah panjang bangsa ini, karena 17 tahun kemudian, tepatnya 17 Agustus 1945, kemerdekaan negara Indonesia diproklamirkan oleh dua pemuda hebat, Soekarno dan Mohammad Hat


ta, sebagai tanda bahwa bangsa Indonesia mampu mengusir kaum penjajah dari rahim ibu pertiwi.

Siapa yang berperan besar mengusir penjajah dari bumi Indonesia? Tiada lain adalah para pemuda pemberani yang rela berkorban harta dan nyawa demi tegaknya negara kesatuan Republik Indonesia.
Nama-nama seperti Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir, Tan Malaka dan jutaan pemuda lainnya adalah penghias sejarah kemerdekaan Indonesia yang sudah tidak asing lagi bagi kita yang saat ini tengah menikmati buah kemerdekaan yang pemuda tanam di masa lampau.

Di era modern saat ini, peristiwa Sumpah Pemuda jangan hanya dikenang, dan diperingati secara seremonial saja, tetapi bagaimana semangat Sumpah Pemuda masa lalu bisa menginspirasi kaum pemuda masa kini untuk terus melanjutkan perjuangan mereka, bukan lagi perjuangan mengangkat bambu runcing dan senjata, tetapi perjuangan mengambil peran guna memberikan kontribusi masif dalam pembangunan di segala lini kehidupan.

Di sini, di meja ini, saya pun tak lupa bernostalgia mengenang perjuangan para pemuda masa lalu yang sangat kontributif. Berani Bersatu demi cita-cita besar negara Republik Indonesia adalah tema Sumpah Pemuda yang sengaja dingkat untuk memperkokoh dan meguatkan kembali komitmen persatuan dan kesatuan yang dulu sangat disegani.

Cerita epik masa lalu seharusnya bisa menjadi tongkat estafet bagi generasi ke generasi, sehingga tidak akan pernah berhenti sampai bumi ini berhenti berputar.

Olehnya itu, bangsa ini butuh pemimpin muda nan energik, tegas tapi tidak brutal, keras tapi tidak kasar, berani tapi tidak otoriter, membungkuk pada nasib rakyat tapi harus membusungkan dada melawan “penjajah” model masa kini.

Mengajak rakyat untuk selalu taubatan nasuha karena yang namanya manusia pasti tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan.

Manusia tidak memiliki kesempurnaan, kita hanyalah gudangnya ketidaksempurnaan, sehingga kewajiban bagi kita untuk saling mengingatkan, bukan saling menjatuhkan. Meski sudah tidak muda lagi, dari meja ini, lantang ku teriak, JAYALAH PEMUDA….!

 

 

Comment