Pete-Pete Makassar Menuju Tepi Zaman

Oleh : Novita Sari
Mahasiswa Komunikasi Universitas Muslim Indonesia Makassar

Novita Sari

Kurun waktu panjang, pete-pete menjadi raja jalanan di Kota Metropolitan Makassar. Pete-pete ini adalah istilah lain dari angkutan kota. Alat transportasi ini telah hadir semenjak Makassar mengalami pertumbuhan dan perubahan yang sangat cepat di era 1980-an.


Seiring dengan perkembangan kota, kehadiran pete-pete semakin dibutuhkan guna memperlancar mobilitas warga kota beraktifitas keseharian. Cerita dan berita perilaku sopir pete-pete ini juga semakin banyak terekam, terkait sikap dan perilaku ugal-ugalan di jalanan.

Walau kondisi dan ceritanya demikian, tetapi kehadirannya tetap menjadi kebutuhan warga Kota Makassar. Raja jalanan ini mulai terusik saat hadir usaha taksi menggunakan argo sehingga peran strategi pete pete ini mulai tergeser.

Perubahan penggunaan taksi ini, walau tarif relatif berbeda dengan pete pete tetapi konsumen tetap banyak memilih, terutama yang butuh kecepatan urusan terselesaikan, sekaligus menghindari kemacetan.

Era taksi ini memberi pilihan bagi warga kota menggunakan angkutan yang lebih nyaman dan aman serta lebih cepat tiba pada tujuan. Beberapa tahun terakhir ini taxi sebagai salah satu angkutan menjadi pilihan banyak warga.

Angkutan pete-pete rupanya tetap bertahan dengan gerusan zaman yang sangat keras dan kuat. Pada sisi lain, kondisi fisik pete-pete juga sangat memprihatikan kondisi dalam berpuluh tahun tidak pernah mengalami peremajaan.

Akibatnya, pete-pete laksana besi tua, rinsek dan rongsokan yang berjalan dengan kondisi tidak nyaman, karena tidak pilihan lain maka warga secara terpaksa menggunakan angkutan tersebut.

Kondisi pelayanan pete-pete yang kadang tidak nyaman dan mengenakkan tersebut, pada dua tahun terakhir ini kembali mengalami goncangan sangat luar biasa, dengan kehadiran alat transportasi memassal menggunakan sistem berbasis online.

Sejumlah perusahaan pengguna angkutan online tiba-tiba hadir di depan mata. Dimulai pemunculan perusaahan asli Indonesia, bernama GO-JEK kemudian diikuti perusahaan asing bernama Grab.

Kehadiran transportasi online itu menjadi saingan sangat berat dan sulit dilawan oleh angkutan pete-pete, yang telah bertahun-tahun menguasai angkutan penumpang umum di Makassar.

Memasuki tahun 2017 tingkat persaingan pete-pete semakin sangat kerass, karena semakin mudah warga menggunakan GO-JEK, GrabBike, Gocar, dan Grab Taxi hanya dengan memesan melalui aplikasi, tanpa harus berjalan kaki dengan berpanas-panasan sama kalau menunggu pete-pete.

Transportasi online ini begitu merugikan pete-pete dan sudah menguasai Makassar. Para sopir pete pete merasakan efeknya, mulai berkurang penghasilan karena terbatasnya penumpang.

Ketertarikan warga Makassar menggunakan transportasi online karena mudah untuk di akses, serta menggunakan fasilitas mewah, memiliki AC, dan terutama kenyamanan penumpanh. Sisi lain, keunggulannya, harga atau tarif yang relatif murah di tawarkan oleh aplikasi ini baik dengan jarak berkilo-kilo meter.

Pada kondisi kekinian nasib pete-pete, laksana sedang berdiri di tepi jaman, jika tidak secepatnya melakukan penyesuaina diri maka nasibnya akan ditelan waktu. Kemudian pada akhirnya akan menjadi kenangan dan cerita masa lalu. ***

 

 

 

Comment