PTS Ditutup Langkahi Dulu Mayat Saya

Laporan : Darsil Yahya M
Aktivis Pers Kampus Unsa Makassar

MAKASSAR, BERITA-SULSEL.COM – Pemerintah tidak boleh menutup Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tanpa berdiskusi dengan Aptisi. Jika ada 1 PTS saja akan ditutup maka langkahi dulu mayat saya.


Demikian ditegaskan Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI), Dr. Budi Djatmiko, saat jadi Nara sumber dalam Refleksi Akhir Tahun 2017 APTISI Wilayah IX-A Sulawesi, Rabu (27/12/2017) di Kota Makassar.

Acara ini juga menghadirkan nara sumber lainnya, Sekpel Kopertis Wilayah IX Sulawesi, Dr. Hawignyo, MM dan Prof Dr. Hambali Thalib, SH, MH.

Saya pasti akan memberikan tuntutan karena saya akan memperlihatkan bahwa apakah betul pemerintah telah memberikan pembinaan dengan baik dan benar atau tidak, tegasnya.

Nanti kita akan memberikan bantuan hukum kepada PTS yang didiskreditkan, walaupun selama ini beberapa PTS yang masih nakal, tegasnya.

Refleksi ini mencerminkan hubungan Aptisi dengan birokrat setempat, misalnya Aptisi juga sebaiknya harus berkoordinasi terus dengan Kopertis untuk memberikan pembinaan yang baik kepada anggotanya, tandasnya.

Karena hubungan yang baik antara Aptisi dan Kopertis akan melahirkan hubungan yang baik juga dengan PTS.

Ini juga menjadi koreksi, karena koreksi kedalam adalah bagaimana memperbaiki diri dan koreksi keluar yaitu pemerintah juga harus memperbaiki diri, semua harus sering dialog.

Budi Djatmiko juga menekankan, menghadapi revolusi industri empat yang perubahannya sangat cepat yaitu dimana semua akan terkejut dengan perubahan.

Kalau PTS tidak melakukan perubahan maka akan menghancurkan proses orang menjadi dosen, menghancurkan proses orang menjadi guru.

Kampus dibelahan dunia nantinya akan menjadi sedikit dan perlahan-lahan akan mati, ini akibat perubahan yang terjadi dengan sistem perkuliahan.

Contoh di Amerika dan Eropa, kampus mulai sedikit dan di Cina dulu sekitar 4.000 ribuan kampus tapi sekarang sudah 2.800 kampus.

Kenapa semakin sedikit, karena sudah bergeser dari kampus berbasis tembok sekarang menjadi kampus berbasis cloud (di angkasa) jadi semua pembelajaran itu disebut dengan video konferensi, tandasnya.

Pola demikian tidak ada mahasiswa akan datang dikampus, mereka karena melakukan perkuliahan diluar angkasa atau diluar awan dengan melakukan video konferensi melalui jaringan internet, sehingga hanya datang kekampus jika ada praktikum dan bimbingan.

“Pada 4 tahun terakhir pergeserannya terjadi hingga 20 sampai 30 persen dan diperkirakan tahun 2025 sampai 2030 mereka akan meninggalkan kampus sampai 50 hingga 60 persen

Di perkirakan Indonesia akan terjadi pergeseran di tahun 2030, jadi kalau 2030 sisa berapa tahun lagi kampus akan sepi semua”, tutupnya.

Turut hadir Ketua Aptisi Wilayah IX-A Sulawesi Prof. Dr. Ma’ruf Hafidz, SH., MH, Sekretaris Aptisi, Dr Mulyadi Hamid, M.Si.

Juga hadir Rektor UMI Makassar, Prof.Dr.Masrurah Mokhtar,M.Hum, Rektor Unsa, Prof.Dr.A.Melantik Rompegading, SH.,MH, Rektor UPRI Makassar, Dr.H.Abdul Azis DP, SH.,MH

Comment