Kontribusi Sulsel dalam Pengembangan Komoditas Padi dan Jagung

Dr. Syamsul Rahman, S.TP, M.Si
Pemerhati Pertanian dan Pangan, sekaligus Dosen Universitas Islam Makassar

SALAH satu komoditas yang berkontribusi cukup besar terhadap sektor pertanian secara keseluruhan adalah tanaman pangan. Hasil-hasil tanaman pangan merupakan kebutuhan penting bagi masyarakat sehingga dibutuhkan sentuhan-sentuhan strategi dan kebijakan dalam kerangka pengembangannya.


Jika dicermati wilayah geografis Sulawesi dapat dikatakan bahwa produk tanaman pangan ditemukan pada seluruh wilayah di Sulawesi (Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Gorontalo), namun tidak semua wilayah tersebut merupakan sentra-sentra produksi yang potensial.

Tingginya capaian kontribusi produksi komoditas tanaman pangan padi dan jagung di Sulawesi Selatan seiring dengan luas lahan panen di Sulawesi Selatan terbesar di Koridor Sulawesi.

Akan tetapi jika dicermati pertumbuhan luas lahan panen kedua komoditas tersebut di Sulawesi Selatan cenderung semakin menurun dalam empat tahun terakhir, tentu saja berimplikasi terhadap tingkat produktivitas dan pendapatan petani.

Namun produksi padi di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 108.282 ton dari tahun sebelumnya yaitu mencapai hasil produksi 5.426.097 ton pada tahun 2014 menjadi 5.534.379 ton pada tahun 2015 (Provinsi Sulsel, 2015). Sehingga Sulsel dapat berkontribusi sebesar 7,38 persen terhadap produksi padi nasional.

Hal ini menjadikan Sulsel sejak dulu menjadi lumbung pangan khususnya beras di Kawasan Timur Indonesia, karena menjadi pensuplai beras utama ke pulau Maluku, Nusa Tenggara, Papau maupun ke Kalimantan, dan bahkan ada yang Jawa khususnya Jakarta.

Demikian juga dengan produksi jagung pada tahun 2015 mencapai 1.559.047 ton, naik sebesar 68.056 ton (4,57 persen) dari tahun 2014 sebesar 1.490.991 ton (Provinsi Sulsel, 2015).

Salah satu wujud keberhasilan Sulsel dalam menopang ekspor jagung nasional adalah dengan mengekspor jagung sebesar 6.700 ton ke Filipina (Tribun,14/2).

Capaian ini tak terlepas dari peran Kementan dalam menggenjot produksi beras dan jagung di Sulsel. Salah satu caranya dengan memberikan bantuan kepada petani agar produksi beras dan jagung di Sulsel meningkat.

Salah satunya, bantuan yang diberikan di Kabupaten Wajo, meliputi traktor roda 2 sebanyak 80 unit, traktor roda 4 sebanyak 3 unit, pompa air 80 unit, transplanter (alat tanam) 13 unit, combine harvester besar dan kecil 29 unit, corn harvester 2 unit, corn seller 10 unit, dan power threser multi guna 6 unit.

Termasuk bantuan kepada petani muda Sulsel yang tergabung dalam Program Kementerian Pertanian yakni Gerakan Pemuda Tani Indonesia (Gempita) yang menyiapkan lahan tidur sebanyak 30 ribu untuk ditanami jagung.

Lahan jagung 30 ribu ha tersebut merupakan lahan tidur yang selama ini terlantar atau tidak dimanfaatkan sama sekali oleh petani maupun pemerintah daerah.

Pemanfaatan lahan tidur merupakan salah satu terobosan petani muda melalui Gempita untuk mendukung target Kementan dalam mewujudkan swasembada jagung pada 2017.

Perhatian yang diberikan kepada Sulsel tak terlepas, karena Sulsel sebagai salah satu wilayah potensial jagung selain pulau Jawa dan Sumatera, kini telah menjadi salah satu target pengembangan jagung di Indonesia Bagian Timur.

Dari total potensi pengembangan sebesar 400.000 hektar yang tersebar di sembilan kabupaten, menunjukkan rata-rata produksitifitas hanya sebesar 1.8 ton per hektar. Padahal program pemerintah menetapkan produksi nasional rata-rata adalah 5 ton per hektar.

Walaupun angka rata-rata produktivitas menunjukkan tingkat produksi jagung yang masih rendah, namun bukan berarti secara umum di seluruh wilayah Sulsel juga rendah.

Hal itu tidak berlaku bagi tiga dari sembilan kabupaten penghasil jagung utama yaitu Gowa, Jeneponto dan Bantaeng dimana pada tiga kabupaten tersebut ternyata tanaman jagung petani dapat mencapai produktifitas sekitar 6-10 ton per hektar.

Tingginya angka rata-rata produktifitas di tiga kabupaten tersebut tidak terlepas dari peran penggunaan benih jagung hibrida BISI-2 yang mampu berproduksi tinggi. Dengan tehnik budidaya yang tepat sesuai anjuran, jagung BISI-2 mampu berproduksi secara maksimal.

Comment