Yuk, Pahami Gejala Dini Autisme!

BERITA-SULSEL.COM – Bagi orang tua, setiap langkah dari perkembangan buah hati adalah momen-momen yang sangat dinanti. Ketika dalam suatu tahapan si buah hati justru tidak menunjukkan perilaku yang semestinya, orang tua harus segera tanggap, termasuk pada kasus autisme.

Perhatian orang tua dalam mengamati pertumbuhan si buah hati dapat membantu Anda dalam menangkap adanya gejala dini autisme pada anak. Dengan begitu, Anda bisa menentukan tipe penanganan yang tepat, bukan?


Apa itu Autisme?

Autistic spectrum disorder (ASD) atau Gangguan Spektrum Autistik (GSA) adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah bisa diamati sebelum usia tiga tahun. Tiga karakteristik utama dari anak dengan autisme adalah kesulitan dalam melakukan interaksi sosial, keterbatasan dalam berkomunikasi, dan kecenderungan untuk melakukan perilaku repetitif (berulang-ulang).

Karakteristik akan bervariasi dari satu orang dengan yang lainnya. Pada beberapa kasus, gangguan komunikasi dan interaksi biasanya lebih dominan. Sementara pada kasus lainnya, seseorang memiliki kemampuan komunikasi yang baik, tetapi memiliki kecenderungan berperilaku repetitif yang cukup parah.

Berdasarkan intensitas gangguannya, GSA dapat dikategorikan menjadi 3 tingkatan, yaitu ringan, sedang, dan berat.

Apa Penyebab Autisme?
Hingga saat ini, belum ditemukan penyebab pasti dari gangguan perkembangan ini. Namun, para pakar sepakat bahwa gangguan autisme disebabkan adanya kelainan pada struktur dan fungsi otak. Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kecenderungan seseorang untuk mengalami gangguan autis, diantaranya adalah faktor genetika, faktor lingkungan, dan faktor neurologis.

Faktor genetika berkaitan dengan gen tertentu yang diturunkan oleh orang tua. Anak yang lahir dari keluarga yang memiliki riwayat gangguan autis memiliki kemungkinan untuk mengalami autis juga. Selanjutnya adalah faktor lingkungan, yaitu kondisi saat kehamilan seperti paparan alkohol atau obat-obatan keras.

Terakhir, faktor neurologis yang berupa gangguan koneksi antara otak bagian korteks dengan sistem limbik dan amygdala (bagian yang bertanggungjawab atas respon emosi). Kelainan ini adalah penyebab anak-anak autis memiliki respon emosi yang sangat ekstrem seperti berteriak, tantrum (kemarahan yang berlebihan), dan tertawa pada situasi yang tidak sesuai.

Gejala Dini Autisme yang Perlu Diperhatikan
Untuk melihat kecenderungan terjadinya autisme pada anak, orang tua bisa mengamati perkembangan interaksi sosial mereka. Anak berusia 2-3 bulan dengan gangguan autisme tidak akan responsif terhadap suara, kontak mata, dan senyum orang lain. Selanjutnya, pada usia 8-10 bulan, bayi dengan autisme akan susah merespon panggilan namanya dan kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain.

Ketika telah menginjak usia balita, mereka akan memilih untuk bermain sendirian. Sementara itu, pada usia 5 tahun, anak dengan autisme tidak mampu memahami bahwa orang lain memiliki pemikiran dan perasaan yang berbeda dari dirinya. Mereka juga tidak mampu membaca tanda-tanda sosial seperti ekspresi wajah dan lambaian tangan. Bagi mereka, setiap perkataan memiliki arti yang literal. Tidak ada kata kiasan atau maksud lain dari sebuah kalimat.

Misalnya saja, ketika mereka disuruh untuk “angkat kaki”, mereka akan mengartikannya sebagai perintah untuk mengangkat kaki mereka, bukan kiasan yang berarti menyuruh mereka untuk pergi.

Selain terlihat dari perkembangan interaksi sosial, lambatnya perkembangan bahasa seorang anak juga bisa menjadi indikasi adanya gejala dini autisme. Pada perkembangan yang normal, anak-anak mulai mengucapkan kata pada usia 1 tahun.

Pada beberapa kasus, bayi dengan autisme akan mulai mengeluarkan suara pada bulan awal perkembangan, lalu kehilangan kemampuan tersebut seiring bertambahnya usia. Kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal ini biasanya dapat ditangani melalui terapi.

Ketika anak menunjukkan kebiasaan melakukan perilaku repetitif atau mengulang-ulang, orang tua juga harus waspada terhadap kemungkinan autisme. Perilaku tersebut dapat berupa meloncat-loncat, menyusun objek, dan mengulang suara-suara, kata, atau frase tertentu.

Perilaku ini juga bisa berupa obsesi berlebihan pada suatu objek. Obsesi biasanya ditunjukkan melalui kedalaman wawasan atau ingatan yang mereka miliki tentang objek tersebut. Misalnya saja, seorang autis yang menyukai pesawat terbang akan mengetahui beragam model, tipe, dan fakta-fakta tertentu mengenai pesawat terbang.

Perilaku repetitif juga berkaitan dengan kecenderungan untuk terlibat dalam pilihan aktivitas yang sempit. Contohnya, anak-anak autis lebih memilih untuk mengurutkan koleksi mobil-mobilannya sesuai ukuran daripada menggunakan mobil-mobilan itu untuk bermain bersama temannya.

Umumnya, orang yang autis membutuhkan konsistensi pada lingkungan sekitar dan jadwal kegiatan sehari-hari. Mereka biasanya memiliki obsesi untuk mengatur benda-benda miliknya dalam urutan tertentu. Mereka juga bergantung pada rutinitas yang sama setiap hari.

Perubahan lingkungan dan perubahan jadwal rutinitas mereka secara tiba-tiba dapat menimbulkan perasaan frustrasi. Perasaan frustrasi tersebut biasanya dimunculkan melalui tindakan-tindakan yang berbahaya dan melukai diri sendiri, seperti memukul-mukulkan kepala ke arah dinding.

Jika Anda melihat ada kecenderungan gejala dini autisme yang disebutkan di atas pada anak Anda sendiri atau kerabat terdekat,

Kini, Anda sudah mengenal lebih dalam tentang gejala dini autisme yang dapat menyerang anak Anda sendiri atau kerabat terdekat. Sebagai orang tua hendaknya bisa lebih peka dalam melihat perkembangan si buah hati. Pengetahuan mengenai autismepun tak kalah penting untuk memantau dan mengawal perkembangan si buah hati. Semoga bermanfaat!

Pijar Psikologi adalah media layanan psikologi yang menyediakan konsultasi gratis dan artikel informatif seputar kehidupan sehari hari dari sudut pandang psikologi. Kunjungi pijarpsikologi.org untuk artikel menarik seputar psikologi lainnya.

Comment