Pemerintah Konsisten Kelola Perikanan Tuna Berkelanjutan

BALI, BERITA-SULSEL.COM – Tuna merupakan salah satu komoditas perikanan utama Indonesia di dunia internasional. Tingginya permintaan pasar global menjadi fokus Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk melakukan pengelolaan tuna dari hulu ke hilir dan menjaga habitat tuna. Pertemuan internasional 3rd Bali Tuna Conference (BTC-3) yang sekaligus dilanjutkan dengan pertemuan 6th International Coastal Tuna Business Forum (ICTBF-6) menjadi komitmen KKP agar tuna tetap lestari.

Sebagai salah satu negara produInsen tuna terbesar di dunia, Indonesia menyumbang lebih dari 16 % dari hasil tangkapan tuna untuk produksi tuna global (FAO, 2014). Hasil tangkapan tuna telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produksi perikanan nasional Indonesia. Secara keseluruhan, total produksi rata-rata mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun.


Direktur Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) Zulficar Mochtar mengatakan perikanan tuna menjadi komoditas yang paling banyak menyumbang nilai ekspor perikanan Indonesia setelah udang yang mencapai 198,131 ton atau senilai USD 569,99 juta pada tahun 2017. Negara tujuan utama ekspor diantaranya adalah Uni Eropa, Jepang dan Amerika Serikat.

Pengelolaan perikanan tuna yang berkelanjutan dilakukan agar habitat tuna tidak rusak dan produksi tuna tetap tinggi. Tahun-tahun sebelumnya memang terjadi penurunan karena adanya penyesuaian dengan aturan yang diterbitkan oleh KKP. Tapi kini perikanan tuna sudah kembali, karena ikan di perairan Indonesia sangat berlimpah dengan diberantasnya pratik penangkapan ikan ilegal, ujar Zulficar.

Menyadari tanggung jawab yang melingkupi hasil tangkapan tuna, DJPT KKP konsisten menjaga perikanan tuna tetap berkelanjutan dengan menggelar 3rd Bali Tuna Conference (BTC-3) yang sekaligus dilanjutkan dengan pertemuan 6th International Coastal Tuna Business Forum (ICTBF-6) di Padma Resort Legian Bali. Acara ini bekerjasama dengan International Pole and Line Foundation (IPNLF) dan Asosiasi Perikanan Pole & Line dan Handline Indonesia (AP2HI).

Tema yang diangkat dalam konferensi BTC-3 yaitu Indonesia’s Tuna Sector and International Supply Chains are Benefiting From Heightened Levels of Government-Industry Synergies”. Sementara itu, ICTBF-6 mengusung tema Global Leader in Supplying One-by-One Tuna”.

Acara akan dihadiri 200 peserta yang berasal dari stakeholders perikanan tuna, yaitu institusi pemerintah, industri penangkapan dan pengolahan tuna, asosiasi tuna, ilmuwan, akademisi, dan berbagai pihak yang terkait dengan perikanan tuna (retailer atau brand) ditingkat nasional mupun internasional.

Zulficar menjelaskan, penyelenggaraan dua kegiatan ini diharapkan dapat terbangunnya sinergi antara pemerintah dan stakeholders perikanan tuna dari tingkat hulu sampai hilir. Selain itu, juga dapat mempromosikan upaya pengelolaan tuna Indonesia yang saat ini dilakukan pada tingkat nasional kepada stakeholders perikanan tuna luar negeri.

Lebih lanjut Zulficar mengatakan, pada tahun 2018 pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi prioritas pengelolaan perikanan tuna, yaitu peningkatan pengumpulan data tuna, sistem registrasi kapal perikanan di perairan kepulauan Indonesia, pengembangan dan implementasi sistem pemantauan elektronik dan sistem pelaporan untuk mengatasi masalah ketertelusuran tuna dan pengembangan peraturan terkait manajemen tuna.

“Hal ini sekaligus dapat menjadi contoh yang jelas dan tindakan nyata dari komitmen Indonesia untuk mendukung konservasi dan pengelolaan perikanan tuna secara global. Kami berharap tuna Indonesia akan semakin bernilai tinggi di kancah internasional,” pungkas Zulficar.

ads

Comment