Lembaga Yang Jagokan NH-Aziz Surveinya Sering Meleset

MAKASSAR, BERITA-SULSEL.COM – Lembaga survei mendadak ramai muncul di Pilgub Sulsel. Salah satunya adalah Index Indonesia. Namanya tak memang sementereng lembaga lainnya. Tapi sering menarik perhatian publik. Itu karena hasil sering survei yang dirilis berbanding terbalik dengan kenyatannya.

Terbaru, lembaga ini tiba-tiba hadir di Sulsel mempublish hasil surveinya. Hasilnya pun mengejutkan. Jauh berbanding terbalik dengan dua lembaga survei nasional lainnya yang juga baru-baru merilis surveinya, JSI dan LSI Danny JA.


Index Indonesia muncul dengan mengunggulkan Nurdin Halid-Aziz Qahar Mudzakkar. Sementara calon yang unggul di survei JSI dan LSI, Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar hanya ada di posisi ketiga. Apakah survei ini bisa dipercaya? Tunggu dulu! Mari simak beberapa faktanya.

Jejak digital berupa artikel berita tentang track record Index Indonesia cukup banyak ditemukan di Google. Sayangnya, dari hasil penelusuran digital, lembaga ini banyak mempublish hasil survei yang berbeda dengan hasil akhir.

Di Pilkada Buton Selatan 2017 lalu, Index Indonesia mengunggulkan pasangan nomor urut 2 Muhammad Faizal-Wa Ode Hasniwati dengan persentase mencapai 44,8 persen. Hasilnya, pasangan ini kalah. Hanya ada di posisi kedua dengan hasil perolehan suara 39,17 persen.

Selisih lima persen dari hasil survei dengan hasil akhir pilkada. Pilkada Buton Selatan 2017 dimenangkan pasangan Agus Feisal Hidayat-La Ode Arusani (Agusani). Sementara Index Indonesia saat merilis hasil surveinya, pasangan ini hanya mampu meraup 33,3 persen suara.

Sementara hasil Pilkada berkata lain, paket ini malah menang mutlak dengan raihan 43,01 persen. Ada selisih sekitar 9,99 persen. Di Pilkada Buton Selatan 2017, Index Indonesia merupakan lembaga survei yang dinilai KPU sebagai lembaga ilegal yang sengaja ingin menggiring opini pemilih. Di jejak digital lain, hasil survei Index Indonesia juga jauh melenceng di Pilkada Maluku 2013 lalu.

Kala itu, Index Indonesia mengunggulkan Abdullah Tuasikal-Hendrik Lewerissa dengan raihan 22,92 persen.
Hasilnya, kandidat yang diunggulkan Index Indonesia hanya berada di posisi ketiga hasil perhitungan KPU. Sementara pemenang Pilkada Maluku waktu itu, Said Assagaff-Zeth Sahuburua, disurvei Index hanya ditempatkan di posisi ketiga.

Di Pilkada Bombana Sulawesi Utara 2017 lalu. Lagi-lagi hasil survei Index Indonesia jauh melenceng. Index kala itu merilis hasil surveinya dengan menempatkan pasangan nomor urut 2 Tafdil-Johan Salim memiliki elektabilitas (tingkat keterpilihan) mencapai 59,0 persen.

Sementara pasangan nomor urut satu Kasra Jaru Munara-Manarfa meraih elektabilitas 27,5 persen.

Hasil Pilkada, pasangan yang tidak diunggulkan Index ternyata jauh melampaui suara paket yang diunggulkan Index.

Kasra Jaru Munara-Manarfa yang disurvei Index hanya meraih elektabilitas 27,5 persen, hasilnya mampu meraup 51,35 persen suara berdasarkan hasil hitung KPU. Sementara pasangan nomor urut dua Tafdil-Johan Salim yang disurvei Index meraih elektabilitas 59,0 persen hanya mampu meraup suara 48,65 persen berdasarkan hasil hitung KPU.

Bahkan, hingga halaman kesepuluh di mesin pencarian Google, artikel tentang Index Indonesia hanya melulu soal ketidaktepatan dalam hasil survei. Hasil-hasil surveinya meleset jauh dari hasil akhir penghitungan akhir KPU. (*)

Comment