Laporan: St Hafsah
Mahasiswa FKIP Universitas Muslim Maros
BERITA-SULSEL.COM – Kabupaten Maros terkenal sebagai daerah pesisir pantai yang memiliki potensi pengembangan perikanan darat dan laut cukup memadai.
Potensi inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagian besar masyarakat. Seperti pemberdayaan kelompok tani disetiap desa atau dusun.
Letak geografis yang dikelilingi perairan air payau dengan empang-empang sangat mendukung sebagian besar masyarakat sebagai petani tambak.
Profesi petambak menjadi profesi turun temurun yang digeluti sejak zaman dahulu, diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya.
Meskipun tidak semua generasi-generasi muda yang mau berkecimpung dalam profesi tersebut.
Warga Dusun Pappaka, Kabupaten Maros sendiri sejak dahulu telah membudidayakan udang windu. Masyarakat setempat menyebutnya “Udang Sitto”.
Udang Windu dengan nama ilmiah giant tiger atau panaeus monodon ini merupakan spepies asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi, tidak salah jika para petani tergiur untuk membudidayakannya.
Seiring berjalannya waktu, budidaya tersebut tidak berjalan mulus, banyak petambak yang memilih meninggalkan budidaya udang windu dengan berbagai usaha lebih menjanjikan.
Salah satu penyebab beralihnya para petambak tersebut karena proses perawatan yang cukup rumit dan udang windu yang rentan terkena wabah penyakit.
Bahkan sebelum mencapai waktu panen para petambak harus rela memanennya jika terkena wabah penyakit tersebut, karena udang-udang akan mati secara tiba-tiba dan itu artinya menyebabkan kerugian.
Meskipun demikian tidak membuat semangat beberapa petambak di dusun Pappaka untuk tetap memertahankan budidaya udang windu.
Kamaruddin (43 tahun), salah satu petambak yang sampai saat ini masih eksis membudidayakan udang windu.
Bagi sebagian orang mungkin saja budidaya udang windu dipandang sebelah mata, mengandalkan hasil panen yang dalam setiap tiga atau empat bulan sekali dan nilai tidak seberapa.
Tapi berkat budidaya udang windulah Kamaruddin menghidupi istri dan ketiga anaknya. Serta menyekolahkan anaknya sampai keperguruan tinggi.
Masih di daerah yang sama, juga terdapat tempat pembibitan udang windu yang kian hari semakin langka, sangat berbeda dengan situasi 10 tahun lalu yang hampir disetiap desa memiliki tempat pembibitan. (*)
Comment