Oleh Nasrunil Haq
Relawan GEMMA 9
Kau tahu apa yang lebih sakit daripada kehilangan? Ialah menyangka bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi, tapi tiba-tiba saja menghampirimu, tanpa diminta, tanpa aba-aba.
Siapapun tak akan pernah menyangka bahwa satu hari di Kota Palu dan Kabupaten Donggala di Sulawesi Tengah harus mendadak senja.
Segala optimisme dan sinar matahari tiba-tiba redup. Sebuah hari harus mengalami petang yang suram.
Jumat, 28 september 2018, gempa dan tsunami berkekuatan dahsyat memporak-porandakan Kota Palu dan Kabupaten Donggala serta Sigi. Orang-orang berhamburan kesana kemari, kepanikan melanda, tangis pecah dimana-mana. Orang – orang tak henti-hentinya menyerukan kebesaran Tuhan yang maha kuasa.
Pasca bencana, banyak orang akhirnya memilih untuk pergi, meninggalkan Kota Palu, menyelamatkan diri, membawa apapun yang tersisa, pergi kemanapun yang mereka rasa aman.
Berbeda dengan mereka para relawan yang merasa jiwanya terpanggil, langsung beranjak menuju lokasi musibah, untuk terjun langsung membantu mereka yang membutuhkan.
Sebab, sebuah tindakan jauh lebih penting daripada sekedar postingan-postingan dengan tajuk #PrayforDonggala #PrayForPalu #Prayforsulteng yang berhamburan di beranda sosial media.
Kota Palu dan Kabupaten Donggala, banyak yang datang mengulurkan tangan, membasuh luka menganga, menyeka air mata dan mengajari mereka untuk kembali mengeja bahagia.
Sepekan berada dilokasi musibah, membuat kami benar – benar akrab dengan kematian.
Panjang umur perjuangan, panjang umur kemanusiaan, panjang umur kepedulian.
Teruntuk teman-teman, mari terus bekerja, bergerak dan berpikir. Palu dan Donggala masih butuh kita. (*)
Comment