BULUKUMBA, BERITA-SULSEL.COM – Masalah pengelolaan sampah di negeri ini seakan tidak ada habisnya untuk dibahas, apalagi diselesaikan. Peningkatan volume sampah juga menjadi keniscayaan yang harus dihadapi. Peningkatan populasi manusia dan pola konsumsi masyarakat yang besar menjadi salah satu penyebabnya. Fenomena inilah yang terjadi di Desa Ara Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba.
Diketahui, Desa Ara merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan utama wisatawan saat berkunjung ke Kabupaten Bulukumba. Yang menjadi primadona adalah Pantai Tebing Apparalang dan Pantai Mandala Ria. Keindahannya sudah terkenal se-Indonesia. Bahkan, tak sedikit wisatawan manca negara telah datang di destinasi wisata bahari tersebut.
Demikian disampaikan salah satu pemuda Desa Ara, Andi Astiar, Sabtu (21/12/2019). Kata dia, Desa Ara yang dulunya bersih, udaranya sejuk kini telah berubah menjadi desa yang kaya akan sampah.
“Sampah telah berserakan dimana-mana, terutama di Bui Dusun Maroangin. Bau sampah yang sangat menyengat telah menjadi sambutan hangat ketika akan memasuki pusat pemukiman masyarakat Desa Ara,” jelas Magister lulusan Universitas Negeri Makassar (UNM) ini.
Andi Astiar menyampaikan, fenomena ini telah berjalan sekitar 5 tahun, dalam kurung waktu tersebut,tidak ada usaha dari pihak pemerintah desa hingga kabupaten untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Pemerintah desa hanya fokus mempergunakan dana desa untuk membangun infrastruktur jalan terutama jalan tani. Sementara masyarakat yang berprofesi sebagai petani hanya 10 % dan 90 % berprofesi sebagai pekerja kapal dan pengusaha.
“Sebaiknya Pemerintah Desa Ara mengalokasikan anggaran untuk membuat dan menjalankan program pengelolaan sampah yang berkelanjutan dengan mengadaptasi kondisi lokal dan kebutuhan masyarakat,” imbuh Tiar sapaan akrabnya.
Tiar mengungkapkan, program-program yang bisa diterapkan antara lain membentuk Kelompok Pengelola Sampah Mandiri (KPSM) di tingkat desa sebagai komponen penggerak, membentuk usaha kerakyatan berbasis daur ulang sampah untuk mendapatkan keuntungan secara finansial, membangun Bank Sampah Terpadu yang dikelola olah KPSM, dan menjalankan program “Pilah dan Pilih Sampah”.
“Program ini menjadi yang utama karena disinilah hulu aliran sampah berada. Pembiasaan kepada masyarakat untuk membuang sampah sesuai pada tempat dan jenisnya perlu dilakukan secara bertahap melalui pembinaan oleh Pemerintah Desa dan pendidikan lingkungan hidup. Dimulai dari tingkat rumah tangga,” kata Tiar.
“Pendekatan yang dinilai efektif adalah pendekatan agama. Pendekatan ini mampu membentuk kesadaran masyarakat tentang lingkungan dan sampah karena nilai-nilai tersebut ada dalam ajaran agama,” lanjutnya.
Lebih jauh, pemuda yang telah banyak menghabiksan waktunya di berbagai organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan ini menyampaikan, Teori Otoritas Weber (1930) menyatakan bahwa ide, spirit dan pola pikir yang berasal dari doktrin agama dapat membentuk perilaku masyarakat.
“Hal ini karena agama telah meresap kuat dan menjadi keyakinan yang mengakar. Artinya, doktrin yang berdasar dari firman Tuhan memiliki peran penting dalam membentuk pola pikir manusia untuk mencintai alam dan lingkungannya,” tegasnya.
Untuk itu ia berharap peran generasi muda untuk bersama-sama menjadi patron perubahan desa dan harus menyadari bahwa sampah itu merupakan ancaman yang sangat besar untuk masa depan bangsa. Sebagai generasi muda harus menumbuhkan kreasi-kreasi baru dalam memanfaatkan sampah. Dengan ini, tanpa disadari telah menyelamatkan masa depan bangsa dari sampah.
“Jagalah kebersihan dan kesehatan anda, Lakukanlah hal baik dimulai dari hal yang terkecil walaupun seperti membuang sampah pada tempatnya, hal itu akan membuat kita hidup nyaman dan bahagia dilingkungan tempat kita tinggal. Mari kita ciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari sampah untuk sekarang dan juga untuk masa depan,” pungkas Tiar.
Comment