Nurdin Abdullah Halal Bihalal Virtual Bersama Alumni Jepang

MAKASSAR, BERITA-SULSEL.COM – Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Prof HM Nurdin Abdullah, mengikuti halal bihalal Perhimpunan Alumni Dari Jepang (Persada) Sulsel, Rabu malam, 3 Juni 2020.

Alumni program doktoral S3 Kyushu University Jepang dan juga Ketua Persada Sulsel Periode 2020-2024 menghadiri silaturahmi dalam bentuk virtual. Hadir juga ustadz Das’ad Latief memberikan tauziah. Di Sulsel, terdapat 270 anggota.


“Kami menyampaikan terima kasih seluruh anggota Persada yang ikut halal bihalal malam ini. Dalam kondisi pandemi Covid-19, tentu kita tidak bisa bersama-sama melaksanakan halal bihalal kecuali melalui virtual ini,” kata Nurdin Abdullah.

Pada pandemi Covid-19 ini, kata Nurdin Abdullah, merupakan pengalaman pertama, dan merasakan betul kondisi dunia betapa pandemi ini tidak hanya menggerogoti kesehatan tetapi juga ekonomi. Momentum halal bihalal merupakan momentum saling menguatkan, menopang dan bersatu padu untuk menghadapi masa sulit.

Anggota Persada memiliki profesi yang berbeda-beda, termasuk yang memiliki profesi di bidang kesehatan. Mereka telah berbuat banyak dalam menolong penanganan Covid-19 ini.

“Saya sangat berharap, bahwa kontribusi kita dalam rangka mendukung pemutusan Covid-19 ini, mudah-mudahan Persada bisa mengambil peran. Saya memohon dengan sangat kita bersatu padu dan bergotong royong,” terangnya.

Termasuk dalam bidang ekonomi, di Sulsel sendiri, akibat pandemi Covid-19, setidaknya terdapat warga yang masuk dalam kelas kemiskinan baru sekira 25 ribu orang.

Sementara, Das’ad Latief dalam pesan tauziahnya mengingatkan agar tidak berlaku sombong, dan menghadiri halal bihalal merupakan bentuk silaturahmi. Ia kemudian memaparkan empat hal penyebab datangnya sikap sombong, yang bisa hadir dalam diri seseorang, termasuk dalam diri pejabat atau seorang ilmuan. Diantaranya, bertambahnya ilmu dan tidak menerima perbedaan pendapat atas perbedaan.

“Termasuk masih muda misalnya, belum umur 40 tahun sudah jadi professor. Teman kuliahnya di Jepang sudah mulai dicuekin, padahal dulu sama-sama makan mi instan. Merasa punya ilmu cepat melaju, akhirnya kawan kita menjauh,” tuturnya.

Hal lainnya yaitu sombong karena pangkat dan jabatan, harta dan amalan. “Makanya, tidak boleh orang sombong karena sesuatu, karena pangkat, jabatan, ilmu dan harta. Karena sombong sangat dibenci oleh Allah SWT,” pesannya. (*)

Comment