Ketua MUI Sulsel AGH Sanusi Baco: MUI Berperan Sebagai Shodiqul Hukumah

MAKASSAR, BERITA-SULSEL.COM – Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) X pada November 2020 di Jakarta. Pemilihan ketua umum dan pergantian pengurus pusat MUI akan jadi agenda utama dari gelaran munas tersebut.

Terkait hajatan itu, Ketua MUI Sulawesi Selatan AGH Sanusi Baco selalu mengingatkan tiga misi utama MUI sejak pertama dibentuk.


Pertama, himayatul ummah yakni melindungi umat dari praktik-praktik kehidupan umat yang dilarang Islam.

Termasuk melindungi kaum Muslimin dari konsumsi produk yang tidak jelas kehalalannya, bahaya paham radikal dan terorisme.

Kedua, khidmatul ummah atau berkhidmat pada ummat.

Ketiga shodiqul hukumah atau mitra pemerintah yang turut memandu atau mengarahkan pemerintah berkenaan dengan aspek-aspek sosial keagamaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Pak Kiyai (Sanusi Baco) juga selalui menyebut bahwa peran MUI itu seperti jembatan antara pemerintah dan umat,” kata Ketua Komisi Dakwah MUI Sulsel Dr Firdaus Muhammad MA di Makassar, Minggu (27/9/2020).

Menurut Firdaus, sebagai shodiqul hukumah, MUI sudah menjalankan berbagai program kerja yang saling mengisi dan melengkapi dengan program pemerintah, pusat maupun daerah.

Karena itu, merespon rencana Munas X MUI, ketua umum ke depan harus dapat menjaga kesinambungan organisasi sekaligus menjaga tradisi alih kepemimpinan secara baik dan bijaksana bagi kelanjutan hubungan MUI dengan pemerintah, baik di pusat maupun di daerah.

Sosok Ketua Umum MUI mendatang, merupakan isu yang sangat penting, strategis, dan akan menentukan arah bangsa ini ke depan.

Setidaknya dalam ikut mengawal para pemimpin bangsa, MUI sebagai wadah berhimpunnya ulama, zuama, dan cendekiawan muslim di Indonesia, menjadi tumpuan harapan.

Hal ini penting menjadi perhatian karena kerap terjadi polarisasi di kalangan umat pasca-Pemilu 2019 akibat perbedaan ijtihad politik.

“Sejak awal dibentuk, MUI di seluruh jenjang memiliki tugas untuk senantiasa memperkokoh ukhuwwah Islamiyah, ukhuwwah wathaniyyah dan ukhuwwah insaniyah serta memperteguh posisi MUI sebagai khadimul ummah dan shodiqul hukumah,” papar Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar ini.

Munas Ke-10 MUI akan menjadi momentum sangat strategis dalam mengawal NKRI, umat dan bangsa ini ke depan. Karena itu, perlu dipersiapkan evaluasi dan perumusan program yang visioner, dan mengidentifikasi calon ketua umum yang memiliki kualifikasi keulamaan yang mumpuni dan istiqamah.

Hingga saat ini, sejumlah kandidat ketua umum mencuat. Di antaranya KH Miftachul Ahyar yang saat saat ini menjabat Rais Aam PBNU dan kandidat lainnya yang dipilih melalui formatur.

Formatur tersebut semacam Ahlul Wali Wal Afdi yaitu menentukan tentang pertama siapa yang dipilih menjadi Ketum kemudian diberi kewenangan untuk menyusun dewan pimpinan harian. (*)

Comment