Komitmen Indonesia Tanggulangi Perubahan Iklim 

Komitmen Indonesia Tanggulangi Perubahan Iklim 

Komitmen Indonesia Tanggulangi Perubahan Iklim 

JAKARTA, BERITA-SULSEL.COM – Indonesia menyatakan komitmen yang kuat untuk berperan dalam menanggulangi perubahan iklim dunia. Langkah ini tengah diperkuat dengan perumusan sejumlah kebijakan, khususnya di sektor energi.

Hal ini diungkap Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sahid Junaidi saat diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk Presidensi G20: EBT Indonesia Menuju Net Zero Emission 2060, Senin (22/11/2021).


Komitmen ini dikatakan Sahid juga telah disampaikan saat Conference of Parties (COP) ke-26 di Glasgow, UK, beberapa waktu lalu.

“Bagi kami di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), juga bagi masyarakat Indonesia, konferensi itu (COP 26) sangat penting karena menambah ambisi, menambah komitmen untuk segera bertransformasi kepada Energi Baru Terbarukan (EBT),” katanya.

Penanganan perubahan iklim dikatakannya harus selalu digaungkan Indonesia demi mencapai target penurunan emisi maupun Net Zero Emission (netralitas karbon) yang ditargetkan akan tercapai di tahun 2060 atau lebih awal.

Sebagai wujud dari ambisi besar tersebut, pemerintah telah merumuskan peta jalan menuju netral karbon di tahun 2060 atau lebih cepat sesuai Strategi Jangka Panjang untuk Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim (Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate Resilence/LTS-LCCR).

 

Dengan demikian, lanjut Sahid, COP 26 membawa semagat baru untuk bersama-sama segera memasuki transisi energi melalui energi baru terbarukan. Sahid menambahkan, kondisi energi di Indonesia saat ini menunjukkan jika konsumsi minyak lebih besar dibandingkan produksinya.

Konsumsi minyak mencapai sekitar 1,5 juta bopd/barel of oil per day (barel minyak per hari). Sedangkan tingkat produksi hanya sekitar 700 bopd.

Menurutnya, produksi minyak yang terus menurun dan konsumsi yang makin meningkat memberikan dampak pada tingginya impor dan defisit neraca perdagangan.

“Sehingga perlu utilisasi sumber daya alternatif untuk mengurangi ketergantungan dan impor BBM,” ujar Sahid.

Ia menjelaskan, energi fosil masih mendominasi bauran energi primer di Indonesia. Pada tahun 2020, batu bara masih mendominasi pangsa pemanfaatan energi nasional yakni sebesar 38,0%, diikuti oleh Minyak Bumi sebesar 31,6%, lalu Gas Alam sebesar 19,2%, dan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 11,2%.

“Jadi terlihat bahwa pemanfaatan EBT sebagai sumber energi yang ramah lingkungan masih rendah, padahal potensi EBT sangat besar,” kata Sahid.

Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 1.469 MW dengan kenaikan rata-rata sebesar 4% per tahunnya, dengan tambahan kapasitas pembangkit listrik EBT Januari s.d. September tahun 2021 sebesar 386 MW. Mengacu pada pernyataan Presiden,

“Sebagai salah satu pemilik hutan tropis terbesar di dunia, posisi Indonesia sangat menentukan dan strategis dalam menangani perubahan iklim. Presiden RI Joko Widodo pun telah menjelaskan bahwa Indonesia menargetkan Net Sink Carbon dan Net Zero pada Tahun 2060 atau lebih cepat. Presiden pun berharap akan ada platform yang dapat ditawarkan melalui kemitraan global dan dukungan pendanaan internasional bagi transisi energi saat presidensi  Indonesia di forum G20 mendatang.” Ujar Sahid.

Comment