“Kasih dalam Seporsi Kerang Tumpah”

AKBP Kadarislam Kasim (kiri) foto bersama dengan Eka Handayani, jurnalis berita-sulsel.com

BERITA-SULSEL.COMNamanya Kadarislam Kasim, berpangkat AKBP dan diberi tugas sebagai Kapolres Bone tertanggal 18 April 2017. Tepat dihari beliau sertijab, langsung disambut dengan berita kurang baik.

Salah seorang oknum anggota Polres Bone ditangkap oleh Satnarkoba Polda Sulsel karena kasus narkoba jenis sabu. Tugas pertama tak lantas membuat Kadarislam panik ketika dicecar pertanyaan oleh awak media, toh memang yang melakukan penangkapan bukan Polres Bone, tapi anggota dari Polda.


Video

Humanis, adalah penilaian pertama masyarakat Bone pada umumnya, dan para awak media khususnya. Kadarislam merangkul semua kalangan, mulai dari orangtua, dewasa, remaja bahkan anak-anak, tak peduli strata sosialnya.

Religius, itu penilaian kedua. Kadarislam setiap minggunya menyasar masjid di desa-desa untuk berdakwah dan melakukan pengajian. Sebuah Masjid megah dibangun di area Mapolres Bone dimana anggota rutin adakan pengajian setiap minggunya. Para tahanan pun tak lolos dari dakwah beliau, karena menurutnya penjara bukanlah tempat untuk mengubah sifat buruk seseorang dan tak juga membuat jera para pelaku. Namun dengan menyentuh hati mereka, sisi baik itu akan tumbuh seiring waktu.

Ringan tangan, itu penilaian berikutnya yang dirasakan oleh semua anggota, awak media, LSM, dan masyarakat Bone yang pernah beliau bantu. Apapun yang dibutuhkan, selama beliau mampu, pasti diiyakan. Dimasa beliau menjabat, hampir semua wartawan dan LSM dijadikan sahabat bahkan saudara. Tuturnya yang selalu lembut dan mendamaikan, membuat awak media senantiasa menghormati beliau.

Tegas dan mengutamakan hal-hal bermanfaat ketimbang yang banyak mudhoratnya. Kadarislam menerapkan prinsip berkeadilan dengan segala kebijaksanaan yang dimilikinya. Beliau meyakini keadilan tertinggi adalah ketika masyarakat hidup dalam damai. Pernah disuatu ketika, seorang teroris tertangkap di Bone. Hampir semua media di Bone memberitakan kasus penangkapan teroris tersebut, termasuk media saya, berita-sulsel.com.

Sebagai Kapolres Bone, Kadarislam berusaha menjalankan tugasnya dengan baik, melayani pertanyaan awak media seputaran kronologi penangkapan si teroris itu. Namun, hanya beberapa menit setelah berita itu diterbitkan, suara beliau gusar ketika menelepon.

“Ka, beritanya boleh di take down gak? Saya ditegur pak Kapolda”, kata Kadarislam kala itu.

“Waduh, saya bicara sama pimred dulu nDan, soalnya berita sudah terlanjur naik”, jawabku.

Dan rupanya rekan wartawan lain juga di telepon oleh beliau, khawatir berita itu justru semakin membuat suasana gaduh dan menciptakan ketidaknyamanan bagi masyarakat Bone. Pertimbangan itulah yang membuat berita segera diganti dengan angle berbeda, agar kondisi bisa tetap kondusif.

Andai Kadarislam tak menjaga hubungan baik dengan awak media, mungkin beritanya akan terus di goreng setiap jam untuk mendapatkan klik terbanyak.

Lalu, apa hubungannya dengan Kerang Tumpah?

Sebuah organisasi wartawan di Bone yakni Wartawan Independen Bone (WIB), punya sebuah tempat ngumpul untuk ngopi dan makan, namanya Cafe 86, terletak di Jalan Merdeka, tidak terlalu jauh dari Mapolres Bone.

Ada menu seafood yang jadi favorit, Kerang Tumpah. Menu ini menyajikan udang, cumi, kerang dan kepiting yang dimasak saos lada hitam dan kemudian dimasukkan kedalam satu ember kecil, lalu dituang keatas meja yang dialasi kertas seafood.

Kerang Tumpah ini, kesukaan Kadarislam. Beliau sering menyempatkan waktu datang ke Cafe 86 untuk makan bersama dengan teman-teman wartawan dan LSM. Beliau bahkan pernah menjamu anak-anak pondok pesantren untuk sekedar silaturahmi sembari bercengkrama.

Ketika ada masalah yang harus diselesaikan, Kadarislam akan membahasnya sambil makan bersama. Hal itulah yang membuatnya semakin dihormati, disayangi dan dikasihi oleh teman-teman wartawan.

Soal penegakan hukum, Kadarislam tak diragukan lagi. Kasus korupsi dana PAUD yang menyebut nama istri Wakil Bupati Bone, diproses saat beliau masih menjabat Kapolres Bone. Kadarislam bahkan berani mengungkap ke media bahwa 50% Kepala Desa di Bone terindikasi korupsi, walaupun itu tidak diproses lebih lanjut oleh Kapolres yang menjabat setelah beliau.

Tepat tanggal 21 Oktober 2019, beliau menerima TR dan dinyatakan pindah ke Makassar untuk menempati jabatan baru sebagai Kapolres Pelabuhan Makassar. Saat sertijab, ribuan orang hadir memberi ucapan selamat bertugas ditempat baru, namun dipenuhi suasana haru. Dan bahkan ketika pindah pun, teman-teman wartawan masih menyempatkan diri ke Makassar dengan membawa seember Kerang Tumpah tanda kasih.

Sukses dan bahagia selalu AKBP Kadarislam Kasim yang kini menjabat

sebagai Kabag Wassidik Krimum Polda Sulsel. Sosokmu yang selalu jadi panutan di setiap daerah tempat bertugas, semoga dijadikan contoh oleh polisi-polisi lainnya agar citra baik kepolisian senantiasa terjaga. (*)

Penulis : Eka Handayani

Comment