Bone Hadapi Krisis Air, Solusinya Hanya Ini

Kepala DLHD Bone, Dray Vibrianto saat berkunjung ke sekertariat Forum Pendamping Pemerhati Anak Indonesia (FP2AI), Rabu (9/11/22).

BONE, BERITA-SULSEL.COM — Berkurangnya jumlah pohon dari tahun ke tahun jadi pemicu turunnya debit air disejumlah wilayah Kabupaten Bone, termasuk mata air Cinnong yang dijadikan sumber mata air oleh PDAM Bone.

Kawasan hutan yang seharusnya dijaga agar sumber mata air tetap ada, tak luput dari kerakusan manusia. Banyak pohon-pohon besar ditebang, lalu diganti dengan tanaman jagung. Belum lagi ulah para penambang liar yang menebangi pohon di perbukitan untuk diambil tanahnya.


Kekhawatiran terbesar saat ini, diperkirakan 8 tahun ke depan, Bone akan mengalami kesulitan air bersih. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala DLHD Bone, Dray Vibrianto, saat berkunjung ke sekertariat Forum Pendamping Pemerhati Anak Indonesia (FP2AI), Rabu (9/11/22) sore.

“Anak yang lahir tahun ini, 2022, 8 tahun kemudian diprediksi kekurangan air bersih. Contoh saja di Cinnong, itu debit air semakin menurun, teorinya hanya satu, tanam pohon”, ungkap Dray.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Lembaga FP2AI, Mastyawati, mengatakan sudah membuat rencana penanaman pohon bakau di pesisir Bajoe. Namun untuk saat ini, pihaknya tidak punya bibit bakau dan ingin menggandeng DLH agar bisa terlaksana secepatnya.

“Memang ada program kami untuk tanam bakau, nanti yang bergerak anak-anak pesisir juga”, ujar Mastyawati.

Dray menanggapi optimis program tersebut dan mengatakan bahwa wilayah pesisir Bone masih sangat luas untuk bisa ditanami mangrove (bakau). Perubahan iklim saat ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat wilayah pesisir.

“Siap tidak siap, perubahan iklim itu akan terjadi dan pemanasan global banyak dampaknya. Contoh suhu air laut memanas, sehingga terumbu karang memutih dan habitat ikan tidak bisa tinggal disitu, dimana nelayan mau ambil ikan”, lanjut Dray.

Dray menegaskan bahwa tugas utama masyarakat saat ini adalah menjaga mata air yang tiap tahun mengalami defisit. Caranya, dengan mengurangi penebangan pohon serta membuat gerakan menanam pohon sebanyak mungkin. Menurut Dray, secanggih apapun alat PDAM, kalau mata air sudah tidak ada, percuma.

“Jangan sebatas seremonial, tanam lalu ditinggal. Sekarang apa yang mau kita lakukan, berdebatkah, sekedar teori kah. Silahkan cuek, tapi ini tanggungjawab bersama”, tegasnya. (eka)

Comment