JAKARTA, BERITA-SULSEL.COM – Ibu-ibu pemulung di Kampung Cahaya, Jakarta Selatan, kini memiliki kesibukan baru. Memulung sampah dan barang bekas tidak lagi menjadi profesi utama, sekarang mereka merintis usaha “Donat Singkong” berkat bimbingan dari dua orang dosen Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI).
Adalah Asep Maksum dan Aisyah Tiar Arsyad yang membina para ibu-ibu pemulung Kampung Cahaya selama 6 bulan lamanya agar dapat beralih profesi. Kegiatan yang berlokasi di tengah-tengah TPU Menteng Pulo, Menteng Atas, Setiabudi itu adalah bagian dari tugas tridharma perguruan tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat.
Dibantu dua orang mahasiswa program studi manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dua dosen Universitas Al Azhar Indonesia ini melatih para ibu-ibu pemulung dalam menciptakan inovasi kuliner serta mengelola usaha secara digital agar menghasilkan profit besar dalam waktu singkat. Salah satu inovasi kuliner yang diajarkan adalah kue donat berbahan baku singkong.
“Pelatihan donat singkong didasarkan atas kemudahan dan situasi Kampung Cahaya yang berada di belakang Mal Kota Casablanca, perkantoran dan sekolah sehingga merupakan area strategis untuk berjualan kue, utamanya donat. Ibu-ibu yang menjadi target dalam pelatihan ini sebanyak 20 orang dan dikelompokan menjadi 5 kelompok. Pemilihan singkong sebagai bahan baku donat menjadi keunikan sendiri dan mengurangi biaya produksi. Di sisi lain singkong mempunyai kandungan gluten yang rendah dibanding tepung terigu, sehingga lebih rendah gula,” kata Aisyah, Jumat (10/11/2023).
Berbekal pengalamannya sebagai entrepreneur, Aisyah dan Ketua Timnya, Asep, membimbing para ibu-ibu Kampung Cahaya untuk memanfaatkan teknologi digital dalam memasarkan produk. Didukung kemasan yang apik dan harga terjangkau, merek “Donat Singkong Kampung Cahaya” kini sudah mulai kebanjiran orderan. Penjualan yang awalnya hanya dititip di warung sekitar, sekarang sudah merambah acara arisan hingga pesanan online.
Kondisi Kampung Cahaya di area yang tidak kondusif menyebabkan penduduknya terpaksa untuk menjadi pemulung. Bagi ibu-ibu Kampung Cahaya, kondisi ini lebih sulit karena banyak perempuan pemulung di Cahaya yang harus melakukan pekerjaan tambahan seperti jualan kopi atau kue tradisional di jalan dan membersihkan pemakaman.
“Alhamdulillah dengan adanya usaha donat singkong ini, kondisi finansial mereka sekarang sudah menjadi lebih baik. Semangat berwirausaha seperti ini perlu disebarluaskan terutama ke daerah-daerah lainnya. Peluang usaha di daerah seperti Sulawesi Selatan itu sebenarnya jauh lebih besar. Kebutuhan bahan baku singkong kan berasal dari petani di daerah, bukan dari ibu kota,” beber Aisyah. (*)
Comment