Kodrat dan Konstruksi Sosial

Sumarni

Oleh: Sumarni
Mahasiswa Sosiologi UNM

BERITA-SULSEL.COM – Lapisan masyarakat yang berbudaya tentunya dibangun atas dasar norma dan adat istiadat. Sehingga, masyarakat merupakan bagian dari cultur dan struktur yang ada pada wilayah tertentu. Hanya saja banyak kebiasaan yang membuat kekeliruan besar dalam mengasumsikan sesuatu.


Menjadikan peran sebagai suatu keyakinan yang harus dilakukan oleh gender tertentu adalah kecelakaan berpikir para sebagian orang, termasuk di dalamnya percaya akan fungsi-fungsi gender yang dominan.

Pertanyaannya, kenapa peran perempuan selalu diidentikkan dengan ranah domestik? Agak rancu kedengaran, padahal semua gender pun bisa melakukan hal itu, lantas apa yang membangun peryataan seperti itu.

Perlu kita ketahui, kodrat dan konstruksi sosial adalah dua hal yang berbeda. Untuk memahami keduanya perlu dicerna baik-baik agar tidak ada kesalahpahaman dalam memaknai dua kosa kata tersebut.

Pada dasarnya kodrat merupakan suatu ketentuan atau ketetapan pencipta (hukum alam) yang sifatnya tak dapat dirubah, sedangkan konstruksi sosial adalah hasil perolehan/bentukan atapun hasil yang dibangun oleh manusia itu sendiri dan dijadikan sebagai dasar keyakinan turun temurun.

Salah satu contoh yang sering kita jumpai, asumsi mengenai perbedaan peran antara pasutri dalam sebuah rumah tangga yang sering disalah artikan sehingga sangat disayangkan karena manusia itu dikekang oleh tugas tertentu yang seharusnya mereka mampu bahu membahu namun dikekang oleh kebiasaan yang diyakini.

Sering terlintas dikuping kita bahwa perempuan itu makhluk yang lemah olehnya identik di ranah domestik sedangkan para pria identik dengan ranah public. Namun perlu diketahui bahwa peran ini sifatnya bisa dilakukan oleh gender manapun karena dasarnya tergantung dari kemampuan atau kesanggupan personnya.

Kodrat perempuan itu sendiri terdapat tiga bagian yakni menstruasi, mengandung dan menyusui, selebihnya peran yang dijalani adalah hasil konstruksi sosial termasuk didalamnya memasak, bersih-bersih dan urusan rumah tangga lainnya.

Begitupun pria, mereka mampu melakukan peran diluar dari pada kodrat perempuan, karena dasarnya mereka sama dan tidak dibedakan dalam hal peran.

Berangkat dari pemahaman ini, jangan biarkan kekeliruan terus merasuki pikiran kita, indeks kebenaran adalah mencari titik terang, tidak mengiyakan sesuatu sebelum menelusurinya. Semoga berfaedah dalam jangka panjang.

Itulah sependek akal penulis, sehingga sangat membutuhkan masukan dari para pembaca.(*)

Comment