Tuluslah untuk Papua “Tidak Banyak yang bisa Kami Lakukan di Wamena

Nur Rajadaeng
Pendiri Para Relawan Indonesia

BERITA-SULSEL.COM – Ribuan warga sudah eksodus meninggalkan Wamena, sebagian lagi masih bertahan. Suasana perlahan mulai kondusif meski isu liar masih berseliweran.


Akibat angkara murka dan kebiadaban oleh sekelompok orang di Wamena. kini, menyisakan puing perkantoran, toko, rumah, kendaraan mobil motor, dan berbagai harta benda lainnya yang dibakar dan dirusak.

Lebih parah tentu saja adalah rasa trauma mendalam dari para warga pendatang maupun warga OAP yang menjadi korban. Rasa traumatik itu akan tersimpan di memori mereka bertahun-tahun dan sewaktu-waktu akan hadir kembali disertai keringat dingin dan rasa ketakutan serta kegelisahan.

Ribuan korban yang telah kehilangan harta benda harus kembali ke titik nol penghidupannya. Baik ribuan mereka yang eksodus maupun yang bertahan.

Simpulannya adalah tak banyak yang bisa di lakukan kami Para Relawan di Wamena. Justru peran pemerintahlah yang sangat di butuhkan. Penegakan hukum dan terciptanya Kamtibmas harus segera di tegakkan pemerintah. Para pelaku harus segera ditangkap, ditindak, dihukum dan ditumpas.

Ya, mereka butuh rasa aman yang bersifat jangka panjang. Rasa aman kepada seluruh warga negara Indonesia di Papua, baik warga pendatang maupun warga OAP (Orang Asli Papua).

Peristiwa ini tak boleh lagi terulang di tanah Papua, jangan sampai merembes ke daerah lainnya seperti isu-isu yang ada menyebar dan menjadikan rasa takut menghantui warga di seantero Papua.

Pemerintah harus mengambil langkah preventif yang bersifat pencegahan. Maksimalkan seluruh potensi yang ada, baik intelijen, TNI, dan kepolisian. Bangun komunikasi dan dialog dengan seluruh pihak. Pemerintah lokal, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pihak geraja, tokoh agama, dan seluruh elemennya lainnya.

Pembangunan di Papua harus terus berlanjut dengan catatan pembangunan efektif yang di lakukan tepat sasaran. Bukan hanya membangun infrastruktur dan mengeruk sumber daya alam papua tapi juga membangun Sumber Daya Manusia Papua.

Menyelesaikan masalah Papua haruslah dengan cara yang adil dan jujur serta bijaksana. Semua pihak harus melepaskan “topeng”nya masing-masing. Kepentingan pribadi dan kelompok harus dijauhkan.

Kepentingan uang dan eksplotasi sumber daya alam harus di hindari. Kepentingan bisnis pejabat negara, DPR, Cukong, maupun pejabat daerah harus di minimalisir.

Kesan Indonesia menjajah Papua harus dihilangkan. Pun juga kesan OAP dijajah oleh kaumnya sendiri dalam hal ini pejabat daerah yang korup dan hidup bermewah-mewah juga harus dihilangkan. Caranya bersih-bersih Papua.

Stigmatisasi orang Papua Pantai/Pesisir dan orang Papua Gunung juga harus dihilangkan dengan cara percepatan pemerataan pembangunan antara daerah pesisir dan pegunungan.

Orang Papua gunung juga harus menikmati kemajuan pembangunan yang sama dengan saudara mereka Papua Pantai.

Kepada semua warga negara tanpa terkecuali, mari junjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Perbedaan ras bukanlah takdir yang menjadikan kita harus terpecah belah. Kita semua sama, sama-sama sebagai manusia dan warga negara.

Salinglah kita bertoleransi, hormat menghormati, harga menghargai, berkasih sayang, saling tolong menolong, saling berbagi, dalam satu kesatuan sebagai Ummat manusia maupun sebagai sesama warga negara.

Saudaraku OAP dimanapun anda berada, kita adalah saudara. Kami faham berpuluh tahun kalian di perlakukan tidak adil. Darah, airmata, duka, ketakutan, penghinaan, dan berbagai kejadian buruk lainnya pernah menimpa kalian. Kami pun faham semua itu menyebabkan rasa traumatik yang mendalam.

Kedepan, mari kita rangkai persaudaraan ini sebagai sesama anak bangsa. Persaudaraan yang tulus dan ikhlas. (*)

Comment