LUWU UTARA, BERITA-SULSEL.COM – Organisasi global, Rainforest Alliance (RA), saat ini tengah mendorong upaya kemajuan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Luwu Utara (Lutra) untuk menjalankan visi keberlanjutan Lanskap Sehat guna mengembangkan perekonomian masyarakat yang berfokus pada praktik pertanian dan pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang lebih berkelanjutan.
Sebagai organisasi global yang aktif menyuarakan perubahan positif di lanskap penting di seluruh dunia, Rainforest Alliance, mengadakan pertemuan dengan Pemda Luwu Utara sebagai bagian dari upaya Kelompok Kerja (Pokja) Forum Kolaborasi Pengembangan dan Pengelolaan Lanskap Sehat (KELOLA) untuk memaparkan gambaran umum inisiatif global dari program Lanskap Sehat, Selasa (26/11/2024), di Ruang Command Center Kantor Bupati Luwu Utara.
Menariknya, pertemuan ini dihadiri langsung Director, Frameworks, and Landscapes Programs, Virginia Foster. Dalam sambutannya, Virginia mengatakan bahwa program ini memusatkan pada visi keberlanjutan yang dibangun oleh masyarakat dan aliansi di Luwu Utara, yang berfokus pada upaya pembangunan hijau-biru yang inovatif, inklusif, serta terintegrasi, guna menghasilkan dampak positif jangka panjang pada masyarakat tani, masyarakat adat dan komunitas sekitar hutan, yaitu kemajuan ekonomi dan kelestarian lingkungan tumbuh seimbang.
“Kami merasa terhormat bisa membangun komitmen bersama Pemda Lutra untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebelum ini, kami telah melakukan intervensi di Luwu Utara sejak 2015 melalui penerapan budidaya kakao berkelanjutan,” ungkap Virginia Foster.
“Petani juga mengintegrasikan praktik pertanian dengan sistem agroforestri yang tidak hanya meningkatkan hasil panen, tetapi juga mempromosikan keanekaragaman hayati dan kesehatan tanah. Praktik ini membantu Luwu Utara membangun dirinya sebagai pusat ekspor pertanian berkualitas tinggi,” sambung wanita berkebangsaan Amerika Serikat ini.
Ia menjelaskan bahwa Program Lanskap Sehat merupakan payung besar yang akan menunjukkan pertumbuhan dan keselarasan lingkungan. Program ini, kata Virginia, dikelola oleh masyarakat melalui kolaborasi multipihak. “Oleh karena itu, kami sangat senang nantinya akan melihat hasil pembangunan berkelanjutan beberapa tahun ke depan. Apalagi Luwu Utara adalah satu-satunya wilayah di Asia Pasifik yang terpilih menjadi model program ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Luwu Utara, Baharuddin Nurdin, yang hadir mewakili Bupati, dalam sambutannya menyambut baik pertemuan yang digagas RA tersebut. “Forum ini merupakan sebuah kehormatan untuk membahas isu yang melampaui batas, budaya, dan generasi. Kebutuhan untuk menghubungkan komitmen lokal dengan gerakan global menuju pembangunan lanskap yang lebih berketahanan alias tangguh,” ujar Baharuddin.
Di Lanskap Sehat Luwu Utara ini, ia mengaku sangat yakin bahwa masyarakat lokal akan berada di garis terdepan dalam menghadapi berbagai tantangan. “Petani beradaptasi dengan perubahan pola curah hujan, masyarakat adat menjaga tanah leluhur mereka, serta organisasi masyarakat memobilisasi upaya reboisasi, dan komitmen kuat dan peraturan yang jelas dari pemerintah yang semuanya merupakan perwujudan komitmen terhadap keberlanjutan,” jelasnya.
Bahar, begitu Sekda Lutra ini akrab disapa, menerangkan bahwa program ini merupakan sebuah manifestasi dari rasa hormat terhadap tanah, pemahaman terhadap ekosistem lokal, serta keinginan untuk mewariskan dunia yang lebih baik untuk generasi mendatang. “Pertemuan hari ini adalah tentang menjalin sinergi untuk memastikan bahwa suara-suara lokal diperkuat dalam percakapan global, dan strategi global didasarkan pada kenyataan di lapangan,” terangnya.
Sementara itu, di dalam pemaparannya, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida), Drs. H. Aspar, mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat lokal tetap menjadi inti dari Lanskap Luwu Utara yang berkembang pesat. “Kami sangat mendukung program pelatihan, peluang keuangan mikro, serta kemitraan dengan lembaga pendidikan yang telah membekali penduduk dengan berbagai keterampilan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan wilayah ini,” ucap Aspar.
Dikatakannya, Luwu Utara memiliki keindahan alam yang sangat luar biasa. Di mana Luwu Utara juga memiliki perbukitan yang bergelombang, termasuk sungai-sungai yang jernih, dan satwa liar. Semua itu, lanjut dia, telah menarik minat ekowisata. “Kami tengah menyusun rencana untuk mempromosikan Luwu Utara sebagai destinasi utama wisata berbasis alam, memadukan warisan budaya dengan pembelajaran tentang alam,” jelas Aspar.
“Bupati Luwu Utara, Ibu Indah Putri Indriani, juga telah mengarahkan berbagai upaya kolaboratif multipihak sebagai komitmen kita bersama untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Landskap Luwu Utara. Dengan kepemimpinan yang kuat dan upaya kolaboratif, Luwu Utara akan menjadi contoh pembangunan berkelanjutan bagi daerah lain di Indonesia. Fokusnya pada penciptaan lanskap yang seimbang tempat manusia dan alam tumbuh selaras,” tandasnya.
Diketahui, Lanskap Luwu Utara terdiri dari pegunungan, hutan hujan hingga dataran subur dan mangrove pesisir, sangat beragam dan dinamis. Luas hutannya sekitar 469.64 hektar atau lebih dari 50% total area, yang terus berkembang dan beradaptasi seiring pengaruh alami maupun yang disebabkan oleh manusia. Data tersebut bersumber dari analisis penginderaan jarak jauh Rainforest Alliance 2020.
Masyarakat lokal di Luwu Utara sangat bergantung pada sumber daya alam untuk sebagai mata pencaharian, terlibat dalam budidaya, penangkapan ikan, serta kegiatan berbasis hutan. Luwu Utara telah menunjukkan komitmen pembangunan berkelanjutan.
Pemerintah daerah bekerja sama dengan LSM, masyarakat adat, BUMDes, kelompok tani dan petani, telah meluncurkan inisiatif untuk melindungi hutan dan sungai Luwu Utara. Program seperti “Green North Luwu” bertujuan untuk menghutankan kembali lahan yang terdegradasi, melestarikan habitat satwa liar, dan memastikan akses air bersih bagi masyarakat sekitar.
Sekadar diketahui, RA adalah sebuah organisasi global bekerja memulihkan keseimbangan antara manusia dan alam agar keduanya bisa tumbuh selaras. Aktif di hampir 60 negara, aliansinya menyatukan masyarakat tani dan kehutanan, perusahaan, pemerintah, masyarakat sipil, dan jutaan individu untuk mendorong perubahan positif di beberapa lanskap paling penting di dunia dan rantai pasok global di dunia.
Comment