Bone, 2013. Sibuknya hari itu seolah menyelaraskan kekalutan dalam pikiran ketika beliau menyapa. Bertemu pertama kali, beliau langsung tawarkan bantuan “mau saya bawakan sound system, supaya cafenya ramai”.
Tersenyum namun sedikit kaget, langsung kujawab “terimakasih puang”.
Percakapan singkat lalu beliau menuruni tangga untuk pulang. Tak lama, kuketahui nama beliau Andi Sumardi Sulaiman. Sebagai wartawan kemarin sore, wajar saja belum kenal. Beberapa bulan berlalu, kulihat wajah beliau terpampang di sebuah baliho. Menjadi salah satu calon wakil Bupati Bone yang akan bertarung di Pilkada 2014 kala itu.
Intens bertemu sebagai narasumber, beliau sosok yang sangat ramah bahkan ke semua orang. Sayang, beliau gagal menangkan Pilkada. Bijak menjawab “biasa itu, namanya juga pertarungan politik”. Dalam sebuah kesempatan, aku ditugaskan bertemu beliau dan wawancara khusus tentang kehidupan pribadi dan karirnya.
Masih kenakan pakaian dinas, beliau menyambut di sebuah ruang tamu rumahnya, rumah yang kini jadi kediaman adiknya, Bupati Bone, Andi Asman Sulaiman. Entah berapa kali beliau ijin ke kamar kecil karena tak sanggup menahan tangis.
“Maaf ndi, sedih sekali kalau diingat”, ucapnya.
Masih jelas diingatan beliau berkisah tentang orangtua dan adik-adiknya yang harus berjuang bertahan hidup di tengah perihnya kehidupan ekonomi keluarga saat itu.
“Itu kalau ibu saya ke pasar, kami tunggu di tangga, berjejer, nanti pulang dibawakan kue, benno (cemilan bugis dari jagung, red), itu nanti dibagi-bagi”.
Mata beliau makin sembab karena tak kuasa menahan airmata.
“Saya tidak mau ade-ade saya susah, mereka harus sekolah, jadi saya itu ndi semua pekerjaan saya kerja, bahkan saya pernah jualan sepatu di pinggir jalan”, tuturnya saat itu.
Kisah beliau hari itu, muncul di Koran Tribun Bone keesokan paginya dalam sebuah feature di halaman depan. Beliau berharap kisahnya itu kelak bisa menginspirasi banyak orang.
Kesabaran berbuah manis, karir beliau terus menanjak meski ujian terus saja ada. Salah seorang adiknya, Andi Sudirman Sulaiman terpilih sebagai Wakil Gubernur Sulawesi Selatan pada Pilkada 2019. Bahkan tak lama setelahnya, Andi Amran Sulaiman pun diangkat menjadi Menteri Pertanian RI.
Kembali bertemu dengan beliau ketika menjabat sebagai Kepala Bapenda Provinsi Sulawesi Selatan, tak ada yang berubah dari perlakuan beliau.
“Eh, kapan datang ndi? Sudah makan?”, pertanyaan itu seolah wajib ketika bertemu.
Beliau kerap bercerita, ingin Pilkada berikutnya maju bertarung menjadi Bupati Bone. Ada banyak mimpi besar untuk Bone, kata beliau. Salah satunya, ingin wartawan diperhatikan kesejahteraannya. Rupanya keinginan itu diucapkan hampir ke semua wartawan senior yang beliau temui.
Waktu berlalu, beliau tetap Haji Andi Sumardi yang sama, ramah dan tak pernah berkata tidak kepada setiap orang yang minta bantuan.
Oh ya, ada yang kelupaan. Beliau juga tipe orang yang sangat dermawan. Pernah sekali ikut di mobil pribadi beliau dengan sopirnya, keliling mengantarkan beras ke beberapa rumah.
“Rumah siapa puang?”, tanyaku saat itu.
Beliau menjawab tenang “itu rumah janda-janda yang tidak bekerja tapi ada anaknya mau dia kasi makan””
Terenyuh, rupanya beliau punya amalan-amalan tersembunyi yang tak banyak orang tahu.
Terakhir kali bertemu beliau ketika buka puasa bersama di kediaman orangtua, Bakungnge, yang dihadiri oleh Menteri Pertanian bersama putranya yang kini juga telah menjabat sebagai anggota DPR RI. Seperti biasa, beliau menyapa dengan senyum lebarnya.
Ah, sebaik itu…bahkan ketika wawancara dengan beberapa orang yang menjadi tim sukses adiknya, Andi Sudirman Sulaiman dan Andi Asman Sulaiman, nama beliau kerap disebut bersama dengan segala budi baik beliau semasa hidup.
28 Juni 2023, beliau pergi untuk selama-lamanya. Meninggalkan jejak perjuangan yang kini dinikmati adik-adiknya. Menyisakan kenangan-kenangan baik nan indah dalam hati istri dan anak-anaknya, saudara, keluarga, kerabat, teman bahkan orang yang tak beliau kenal namun pernah menerima kebaikannya.
Selamat jalan Sang Perintis, namamu abadi selalu.
Penulis: Eka Handayani
Comment